Inspirasi Menabung dari Sikka

Menanam Na'inalun 'Memetik' Rupiah

Praktik cerdas ini digali dari nilai-nilai budaya yang hidup di masyarakat. Nilai-nilai itu menginspirasi dan memberi solusi terhadap problem sosial.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
ISTIMEWA
KULABABONG-Seorang tutor PAUD Pelita Hati di Maumere-Sikka menerapkan pendidikan karakter kulababong kepada anak-anak sambil bermain dan bernyanyi bersama. 

Leopoldus menyebut modung mior diarahkan pada pembentukan kepribadian dan perilaku siswa. Da'an dadin menitikberatkan pada pendidikan tentang pelestarian lingkungan. Na'inalun memberi penguatan untuk menyiapkan masa depan, jangan makan apa yang ada sampai habis, siapkan bekal untuk masa depan.

"Dulu orangtua kita tidak mengenal istilah menabung tetapi mereka memraktekkannya melalui na'inalun. Na'inalun itu ibarat benih yang ditanam nenek moyang, sekarang kita petik hasilnya melalui manfaat menabung. Kini, na'inalun menginspirasi warga Sikka, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa untuk menabung," Leopoldus menambahkan.

Donatus Blaan, mantan Camat Palue, Sikka, mengakui saat dirinya menjadi camat terus menggaungkan spirit kulababong atau berbicara dari hati ke hati dan saling mendengarkan menjadi model pendidikan karakter yang dikembangkan di Kabupaten Sikka. Selain sebagai pola, solusi untuk menyelesaikan masalah, kulababong untuk mencegah degradasi moral di kalangan generasi muda.

"Saya dibesarkan dalam keluarga yang memraktekkan na'inalun. Hal itu menginspirasi kami saat ini untuk giat menabung uang di bank maupun koperasi atau menabung hasil bumi," ujar Donatus, Sabtu (30/6/2018).

Moat Boru (60), warga Dusun Wolodete, Desa Kajowair-Watublapi, Kecamatan Kewapante, Sikka, juga mengamini orangtuanya yang dulu hidup di Hewokloang, Kecamatan Kewapante, Sikka, juga memraktekkan na'inalun untuk mengantisipasi musim paceklik. "Setiap kali memasak, orangtua selalu mengingatkan kami untuk menyisihkan segenggam beras atau jagung untuk disimpan. Hasilnya, bisa untuk berbagi dalam kegiatan sosial atau dinikmati keluarga saat paceklik tiba," Moat Boru mengenang dan menceritakannya kepada Pos Kupang, Minggu (1/7/2018).

Dua koperasi besar, Kopdit Obor Mas dan Pintu Air, membumi di tanah niang Sikka, terinspirasi na'inalun. Kini aset Koperasi Obor Mas, salah satu koperasi penyalur Kredit Usaha Rakyat, sudah menembus Rp 575 miliar, dengan volume pinjaman senilai Rp 307 miliar.

Jumlah anggota Kopdit Obor Mas lebih dari 78.000 orang. Produk KUR yang ditawarkan adalah KUR Mikro dengan pinjaman maksimal Rp 25 juta dan KUR Ritel dengan plafon Rp 25 juta-Rp 500 juta. "Jujur saja, dominan anggota koperasi kami masyarakat desa yang lahir dan dibesarkan dalam spirit na'inalun. Anggota koperasi kami juga banyak pelajar (SD, SMP, SMA) yang sejak dini sudah tahu apa itu na'inalun melalui pendidikan karakter di sekolah. Apa yang dipunyai sekarang, jangan dimakan habis. Itu nasihat orangtua dulu yang tetap terngiang hingga sekarang. Dulu mereka bilang na'inalun, sekarang menabung," Leonardus Frediyanto, General Manajer Kopdit Obor Mas Maumere, Sikka, mengamini.

Sementara aset Koperasi Kredit (Kopdit) Pintu Air di Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Sikka, tercatat Rp 697 miliar. "Gemarnya masyarakat Sikka menabung di koperasi ini juga terinspirasi spirit na'inalun, warisan para leluhur," terang Yakobus Jano, Ketua Kopdit Pintu Air. Dia menyebut jumlah anggota Kopdit Pintu Air saat ini mencapai 153.362 anggota, total karyawan 558 orang.

Strategi Penguatan Ekonomi
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka, Simon Subsidi, menjelaskan, pendidikan kontekstual mior dadin sudah diterapkan pada 35 sekolah dasar di Sikka.

"Mior dadin artinya pendidikan yang terjadi terus menerus mulai dari keluarga, dengan melibatkan berbagai pihak yang bersumber dari nilai-nilai budaya dan alam lingkungan yang mampu membentuk manusia berkarakter baik (modung mior) cinta lingkungan (da'an dadin), hemat dan mandiri (na'inalun)," terang Simon.

Dia melukiskan mior dadin, khususnya na'inalun sebagai strategi untuk menyelesaikan problem ekonomi masyarakat Sikka yang biasanya boros (pesta-pesta adat) untuk gemar menabung. Dan, hasilnya menyata.

"Hampir semua masyarakat Sikka (anak-anak dan orangtua) menjadi anggota koperasi. Ini berkat hidupnya nilai-nilai lokal (na'inalun) melalui pendidikan di sekolah. Nilai-nilai yang sudah tumbuh subur dalam rahim kultur masyarakat Sikka ini harus terus dihidupkan dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman," Simon bangga.

Bupati Sikka, Yoseph Ansar Rera, mengakui dalam kepemimpinannya mengutamakan pendidikan karakter. Sebab, dirinya melihat generasi muda di Sikka sudah mulai berkurang etikanya dan perilaku hidupnya tidak sesuai adat dan budaya.

"Kami mengembangkan model pendidikan mior dadin dengan tiga aspek (modung mior/karakter yang baik; da'an dadin/lingkungan hidup; na'inalun/pemberdayaan ekonomi). Tiga aspek ini diadaptasi dari kearifan lokal di mana anak-anak sekolah diajarkan sopan santun dan etika dalam semangat kulababong," ungkap Simon belum lama ini.

Yosep Ansar Rera mengaku bangga pada tahun 2015 lalu mendapatkan penghargaan runner up dari MDGEs karena berhasil mengembangkan pendidikan karakter kulababong khususnya spirit na'inalun yang tercermin dari hadirnya 431 koperasi di Sikka saat ini, 163 di antaranya sudah berbadan hukum. Total anggota sebanyak 291 ribu jiwa dari jumlah penduduk Sikka 344 ribu orang. Koperasi di Sikka memiliki total aset Rp 1 triliun dan omzet Rp 8 triliun.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved