Erupsi Gunung Agung
Burung Berukuran Besar Turun dari Gunung Agung, Pertanda Apakah Ini?
Burung berukuran besar mulai turun gunung, cahaya api terlihat, gemuruh Gunung Agung di Bali terus terdengar. Pertanda apakah ini?
POS-KUPANG.COM, MANGUPURA - Burung berukuran besar mulai turun gunung, cahaya api terlihat, gemuruh Gunung Agung di Bali terus terdengar. Pertanda apakah ini?
I Ketut Wenten (57) dan keluarganya tiba di Banjar Bangbang Pande, Desa Rendang, Karangasem, Kamis (28/6) sekitar pukul 21.00 Wita, dengan basah kuyup.
Warga dari Banjar Kidulingkreteg, Desa Besakih, itu terpaksa menerobos hujan untuk mengungsi malam-malam. Mereka merasa khawatir karena cahaya api (glow) terus tampak dari puncak Gunung Agung.
Baca: Benarkah Gunung Agung di Bali Itu Mistis? Ini Kisah Nyatanya
Baca: Inilah Rincian Penerbangan Yang Dibatalkan Beroperasi Dari dan ke Bali
Baca: Warga Bali Waspada, Abu Vulkanik Gunung Agung Diprediksi Capai 23 Ribu Feet
Aktivitas vulkanik Gunung Agung kembali meningkat sepanjang Kamis kemarin. Setelah mengalami erupsi pada Rabu (27/6) pukul 22.21 Wita, Sang Hyang Giri Tohlangkir pada Kamis kemarin terus mengeluarkan hembusan yang diikuti suara gemuruh.
Dan, tadi malam bertepatan Purnama Kasa muncul cahaya api di atas puncak gunung.
"Saya mengungsi dengan keluarga besar. Ada tiga kepala keluarga. Semua saya ajak mengungsi, karena kami ketakutan ada api dari atas puncak," ungkap Wenten saat ditemui Tribun Bali di pengungsiannya, tadi malam.
Handphone milik Wenten saat itu terus berdering. Sanak keluarga dan kerabatnya tidak henti-hentinya menghubungi Wenten untuk menanyakan keadaannya serta kondisi terakhir Gunung Agung.
Wenten mengaku jarak rumah keluarganya dari kawah Gunung Agung hanya 4 kilometer.
"Kami terus merasakan gemuruh, kadang-kadang terdengar dentuman. Tapi paling kami takutkan itu, nyala api di atas puncak sangat jelas. Kami khawatir terjadi apa-apa," jelasnya.
Wenten mengungsi bersama 11 anggota keluarganya. Ia berangkat dari kediamannya mengendarai sepeda motor. Mereka mengungsi membawa berbagai perlengkapan seperti selimut, karpet, bantal.
Baca: Dari Kera Putih dan Makanan Genap, 7 Misteri dan Mitos Gunung Agung di Bali
Baca: 446 Flight dari dan ke Bandara Ngurah Rai Tak Beroperasi, 74.928 Penumpang Terdampak
Baca: Depresi Dilecehkan Secara Seksual oleh Gurunya, Gadis Ini Bunuh Diri
"Jam setengah dua siang, bahkan dentumannya sangat keras. Banyak orang yang dengar. Apinya pun sudah keluar dari tengah kawah, kalau dulu dari samping. Hari ini sangat terlihat jelas apinya," tambahnya.
Gemuruh dan asap pekat dari kawah Gunung Agung dirasakan warga sejak pukul 08.00 Wita. Kondisi ini terus terjadi hingga petang, sampai munculnya glow dari kawah saat malam harinya yang membuat warga panik.
"Kami tidak pikir panjang. Kami selamatkan diri, karena khawatir jika meletus. Hujan abu sih belum terasa. Namun, keluarga sudah menginformasikan di wilayah barat seperti Suter, Payangan sudah hujan abu," ungkapnya.

Peristiwa ini terjadi bertepatan dengan piodalan di Pura Pengubengan yang berjarak sekitar 2 km dari puncak kawah. Terkait piodalan tersebut, Senin (25/6), juga telah dilakukan matur pakelem oleh warga setempat ke kawah Gunung Agung.
"Padahal pulang kerja saya rencananya akan sembahyang bersama keluarga ke Pura Pengubengan. Tapi kondisi gunung seperti itu, saya dan keluarga lebih memilih mengungsi," kata Wenten.
Rencananya Wenten dan keluarganya akan menginap selama semalam di Banjar Bangbang Pande untuk mengungsi. Jika kondisi sudah membaik hari ini, barulah ia dan kerabatnya akan pulang.
"Sekarang di rumah kondisinya hujan deras, dan cahaya api masih terlihat. Mungkin nanti ada kerabat lainnya yang menyusul untuk mengungsi," jelasnya.
Warga Banjar Kidulingkreteg lainnya, Eka Sanjaya, mengungkapkan dirinya dan beberapa kerabatnya sempat melihat burung ukuran besar terbang turun dari gunung. Burung tersebut membentangkan sayapnya, hingga berukuran sekitar dua meter.
"Ada burung besar tadi turun dari gunung. Banyak warga yang melihat. Sangat jelas karena terbang di bawah sinar bulan," tutur Eka Sanjaya tadi malam.
Burung itu terbang ke arah lembah, dan menghilang diantara semak-semak. Warga memperkirakan burung itu turun gunung karena mulai terasa panas di puncak gunung.
Baca: 3 Zodiak Ini Ga Suka Berpelukan Pasca Berhubungan Intim, Siapa Saja Mereka?
Baca: Benda Dalam Kotak Wafer Astor Ini Seret Eks Pramugari Simangunsong ke Penjara
Baca: Bocah Sendirian ke Mall Belikan Boneka untuk Adiknya, Kisah Dibaliknya Sangat Mengharukan
I Ketut Baru, warga Banjar Kedungdung, Desa Besakih, juga mengaku mendengar suara gemuruh dari Gunung Agung. Bahkan gemuruh terjadi secara terus menerus dan masih terjadi hingga semalam.
"Suara gemuruh mulai terdengar dari jam 11 malam kemarin (Rabu malam) dan sampai sekarang (tadi malam) gemuruh terus menerus tanpa henti. Suaranya terdengar keras sekali," katanya kepada Tribun Bali tadi malam.
Di puncak Gunung Agung ia juga melihat kepulan asap abu-abu dan sinar kemerahan.
"Daerah (Banjar Kedungdung, Besakih) saya radiusnya 8 km. Dari sini terlihat di puncak Gunung Agungmuncul asap tebal dan di puncaknya terlihat sinar warna merah terang," jelas pria yang bertugas menjadi Linmas ini.
Ratusan warga Banjar Temukus Besakih pun mengungsi. Dikatakan Ketut Baru, tadi malam warga Banjar Temukus mengungsi ke Banjar Kedungdung. Sebagian besar pengungsi adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua.
"Karena gemuruh terus menurus dan suaranya keras, warga Banjar Temukus mengungsi. Sekarang saya masih menerima pengungsi dari Bajar Temukus, Besakih. Radius Banjar Temukus itu 3 kilometer," ujarnya.

Sekitar 200-an pengungsi anak-anak, perempuan, dan orang tua menempati Balai Banjar Kedungdung. Untuk yang laki-laki masih ada di Temukus menunggui hewan ternak.
"Kalau daerah kami belum terdampak hujan abu. Di daerah kami masih aman," ungkap Ketut Baru.
Ratusan warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat, yang berada di sekitar lereng Gunung Agung di radius 5 sampai 6 kilometer juga mengungsi ke daerah radius 10 hingga 12 kilometer.
Perbekel Sebudi, Komang Tinggal, menjelaskan warga mulai "turun gunung" sejak pukul 19.00 Wita setelah dengar suara gemuruh, sinar api, serta mencium belerang di pemukiman hingga radius 6 kilometer.
"Hampir sebagian warga turun ke bawah karena takut. Mungkin mereka tidur di bawah, di desa tetangga. Warga Sebudi yang turun sekitar 300-400 KK," kata Komang Tinggal saat dihubungi Tribun Bali, Kamis malam.
Baca: Heboh! Pria Ramah dan Suka Senyum Ini Simpan 103 Butir Amunisi Kaliber 5,56 mm
Baca: Ternyata Mayat-Mayat yang Berserakan di Ladang Mayat AS Berasal Dari Sini, Ngeri
Warga Sebudi yang sudah turun berasal dari Banjar Sogra, Telung Buana, Sebudi, Lebih, dan Pura. Mereka rencana mengungsi di Rendang, Sangkan Gunung Sideman, serta Amerta Bhuana.
"Tadi saya tanya, hampir semua mengaku takut mendengar suara gemuruh yang keras. Suaranya terdengar sampai radius 7 kilometer. Warga yang turun hanya membawa bantal, kasur lipat, pakaian. Saya rencana turun ke Sangkan Gunung," jelasnya.
Ditambahkan, warga memilih mengungsi murni karena takut dengan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Tidak ada perintah dari pemerintah daerah maupun pasebaya.
"Mereka turun karena takut. Tadi warga lihat cahaya seperti api sekitar permukaan kawah. Bau belerang sampai sekarang tercium," tegas Komang Tinggal.

Hingga pukul 22.00 Wita, ratusan pengungsi dari wilayah lereng Gunung Agung memadati sejumlah tempat di Kecamatan Rendang, sepeti di balai banjar, dan lapangan umum Rendang. Kendaraan yang membawa pengungsi juga lalu lalang.
Terkait pengungsi Gunung Agung ini, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin, mengatakan tim dari BPBD Provinsi Bali sudah diturunkan untuk melakukan pengecekan lapangan.
“Ya, personil sudah bergerak menuju pos pantau dan melakukan pemetaan di lapangan. Pemantauan dilakukan bersama BPBD Kabupaten Karangasem,” ucap Rentin, kemarin.
Ia mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap mengikuti arahan petugas di lapangan. “Tim BPBD selalu siap membantu masyarakat. Segala kebijakan pemerintah dilaksanakan sesuai dengan level peringatan dininya, yang saat ini masih berada di level III," tambahnya.
Baca: 5 Zodiak Ini Paling Senang Melakukan Banyak Hal Sendirian, Egois Atau Mandiri?
Baca: 3 Zodiak Ini Ga Suka Berpelukan Pasca Berhubungan Intim, Siapa Saja Mereka?
* Rekam 69 Hembusan
Berdasarkan hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kamis kemarin, terekam gempa hembusan sebanyak 69 kali, pada periode pengamatan pukul 06.00 sampai 18.00 Wita.
"Kami mengimbau kepada semua pihak agar tetap menjaga kesiapsiagaan terhadap aktivitas Gunungapi Agung karena saat ini aktivitasnya masih Level 3 (Siaga) dan masih berpotensi untuk erupsi," ujar Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, kemarin.
Dari pemantauan PVMBG, Gunung Agung sedang mengalami peningkatan intensitas aktivitas baik secara kegempaan maupun secara visual. Hembusan abu teramati menerus dengan ketinggian mencapai 1.500 meter di atas puncak, dengan angin mengarah ke barat.
"Karena ini, kami mohon agar tidak ada aktivitas masyarakat atau wisatawan di dalam radius 4 km untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi. Masyarakat agar senantiasa menyiapkan masker untuk melindungi dari potensi bahaya abu," jelasnya.
Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung ini telah teramati sejak 13 Mei 2018, dan berlanjut hingga saat ini. Ini terindikasi ada akumulasi tekanan akibat pergerakan magma menuju ke permukaan.
"Ini diindikasikan oleh terekamnya deformasi dengan pola inflasi sejak 13 Mei 2018 lalu. Namun demikian, intensitas aktivitas saat ini masih di bawah aktivitas eruptif November 2017 lalu," ungkap Devy.
Dalam seminggu terakhir, PVMBG juga merekam kegempaan di sisi utara Gunung Agung yang mengindikasikan adanya suplai magma dari kedalaman. Dalam dua hari terakhir, gempa tremor harmonik juga makin sering terekam.
Baca: Perempuan Berzodiak Ini Paling Sulit Diluluhkan Hatinya, Siapa Mereka?
Baca: Kalau Ngomong, 5 Zodiak Ini Bakal Blak-blakan, Ga Suka Basa Basi, Kamu Termasuk?
"Ini mengindikasikan bahwa aktivitas sudah semakin dangkal dan akhirnya malam kemarin (Rabu malam) mengalami erupsi," terangnya.
Setelah melakukan evaluasi terhadap aktivitas vulkanik Gunung Agung beberapa hari terkahir, PVMBG menyimpulkan kembali ada lava segar yang keluar ke permukaan kawah. Hal ini dapat dilihat dari mulai munculnya glow (sinar api) di atas puncak Gunung Agung sejak tadi malam.
"Mengiringi ini keluar emisi gas dan abu tipis. Jadi ini fenomena apa? Ini masih dominan efusif, kalau eksplosif nanti warnanya kelabu tebal," jelasnya.
* Kecepatan 10 Knots
Sementara menurut data yang dilansir oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, berdasarkan SIGMET diketahui ketinggian erupsi mencapai 23.000 foot dan berdasarkan VAAC bergerak ke arah barat dengan kecepatan 10 knots.
Arah angin tersebut yakni angin timur yang berhembus ke barat daya barat. Kondisi prakiraan cuaca wilayah Gunung Agungsecara umumnya berawan dan berpeluang hujan ringan.
Baca: Ternyata Deretan Pekerjaan Ini Paling Memungkinkan Orang Untuk Berselingkuh
Baca: Alat Kelamin Pria Ini Digigit Ular Piton Saat Berjongkok untuk BAB di Toilet
Ada pun prediksi daerah yang berpotensi terdampak abu vulkanik yakni Gerokgak, Seririt, Banjar, Sukasada, Busungbiu, Melaya, Negara, Mendoyo, Pekutatan, Pupuan, Selemadeg, Kerambitan, Tabanan, Kediri, Baturiti, Marga, Petang, Mengwi, Abiansemal, Payangan, Tegalalang, Tampaksiring, Ubud, Susut, Bangli, Kintamani, Tembuku, Rendang, Selat, dan Bebandem.
Kemarin, hujan abu turun di beberapa desa di wilayah Kintamani, Bangli. Sebaran abu vulkanik menyebar ke arah barat daya dari kawah Gunung Agung. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Gemuruh Terus Terdengar dari Gunung Agung, Warga Saksikan Burung Berukuran Besar Mulai Turun,