Perempuan Dianggap Paling Efektif Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diri, Begini Peran Penting Mereka

Perempuan dianggap paling efektif sebagai pelaku bom bunuh diri, begini peran perempuan.

(ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Personel Brimob bersiaga saat dilakukannya penggeledahan oleh Tim Densus 88 di kediaman terduga pelaku bom bunuh diri Polrestabes Surabaya, di Tambak Medokan Ayu, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (15/5/2018). 

POS-KUPANG.COM - Perempuan dianggap paling efektif sebagai pelaku bom bunuh diri, ini alasannya.

Sana’a Mehaidli dianggap sebagai perempuan pengebom bunuh diri pertama. 

Perempuan berusia 17 tahun ini adalah anggota dari Partai Sosialis Suriah.

Pada tanggal 9 April 1985, dia meledakkan dirinya dengan mengendarai truk bermuatan bahan peledak di dekat konvoi Israel di Lebanon, saat pendudukan Isreal di Lebanon Selatan.

Baca: Bukan Puji dan Tri, Inilah Teroris Perempuan Pertama Indonesia yang Lakukan Bom Bunuh Diri

Baca: Gila! Perempuan Dalam Aksi Terorisme Sudah Ada Sejak tahun 1960

Baca: 3 Azab Mengerikan dalam Islam Ini Akan Diterima oleh Setiap Pelaku Bunuh Diri

Thenmozhi Rajaratnam, dikenal pula sebagai Dhanu, dianggap anggota dari Macan Tamil.

Perempuan ini dianggap terlibat dalam pembunuhan Rajiv Gandhi, mantan Perdana Menteri India dan belasan pengawalnya pada 1991.

Beragam studi menunjukkan, perempuan dianggap efektif, karena lebih sedikit dicurigai ketimbang laki-laki. 

Mia Bloom memaparkan bahwa petugas keamanan di sebuah tempat misalnya, jarang menggeledah tubuh perempuan saat memasuki sebuah tempat atau menyeberangi sebuah perbatasan. 

Upaya penggeledahan tubuh perempuan bisa dimanfaatkan oleh kelompok teroris perekrut untuk propaganda bahwa terjadi pelecehan oleh aparat terhadap perempuan. 

“Karena kurang dicurigai bakal melakukan aksi teror dengan kekerasan, maka perempuan digunakan untuk menyerang sampai ke jantung pertahanan pasukan koalisi baik di Irak maupun di Afghanistan,” demikian hasil studi Mia Bloom.

Pengebom perempuan berhasil membunuh dalam jumlah 4 kali lipat ketimbang pengebom laki-laki, karena mereka bisa melakukan aksinya dalam jarak dekat dengan sasaran.  Karena kurang dicurigai.

Dan peran perempuan dalam aksi teror itu sangat beragam, mulai dari perekrut, pendukung sampai pelaksana. Perempuan juga mudah berbaur.

Baca: Alkitab Kristen Bilang Orang yang Bunuh Diri itu Berdosa, Ini Alasannya

Baca: Karakter Dua Anak Pelaku Bom Bunuh Diri Diungkapkan Sahabat dan Wali Kelasnya, Sangat Mengejutkan!

Baca: Sedih, di Celana Dalam Bocah Pelaku Bom Bunuh Diri yang Selamat Itu Ada Tulisan Begini

Dalam buku berjudul, “Women As Terrorist; Mothers, Recruiters, And Martyrs”, yang ditulis R. Kim Cragin dan Sara A. Daly, disebutkan berbagai peran yang dilakukan perempuan dalam organisasi atau kegiatan terorisme.

Peran itu mulai dari perekrut, termasuk dari kalangan keluarga sendiri termasuk anak, pengelola keuangan, propaganda, kurir kebutuhan melakukan serangan, menyiapkan aspek finansial, sampai menjadi pengebom bunuh diri.

Oktober 2017, laman Strait Times, mengabarkan bahwa  otoritas di Filipina menangkap Karen Aizha Hamidon. Perempuan berusia 36 tahun ini dianggap sebagai perekrut top untuk calon petarung dan pengebom untuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). 

Karen Hamidon melakukan rekrutmen lewat media sosial. Dia melakukanya untuk rekrutmen global.

Sosok perekrut top untuk ISIS yang juga menarik adalah Sally Jones, mantan penyanyi band Punk dari Inggris. 

Saking dianggap berbahaya, Sally, yang dijuluki “White Widow”,  dipercayai sebagai perempuan pertama yang secara khusus menjadi target serangan udara AS. 

Sally tewas bersama putranya yang berusia 12 tahun, sekitar Oktober 2017.

Sally pindah ke agama Islam setelah menikah dengan Junaid Hussain, warga Inggris juga. Tahun 2013 mereka pergi ke Suriah. 

Baca: Anak Perempuan Ini Lakukan Bom Bunuh Diri Sebab Diajarin Doktrin Kek Gini oleh Ayahnya

Baca: Mantan Teroris, Walikota Surabaya Hingga Kapolri Ungkap Rahasia Bom Bunuh Diri

Junaid tewas bersama putra sulung mereka yang baru berusia 13 tahun, akibat serangan drone AS, tahun 2015. 

Suami istri ini melatih kedua putranya sebagai petarung bagi ISIS.

Teroris, baik saat melakukan aksinya secara sendirian, maupun atas penugasan organisasi, membutuhkan perhatian media. 

Efektifitas perempuan pengebom bunuh diri termasuk dalam urusan propaganda dan perhatian media. 

Mia Bloom mengatakan bahwa pemberitaan media terhadap teroris perempuan 8 kali lipat lebih banyak dibanding jika teroris laki-laki.

Pada saat menjadi operatif, di lapangan, pakaian perempuan dianggap bisa digunakan menyembunyikan senjata.

Termasuk bom di pinggang atau tas di bahu, bahkan ransel. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved