Okto Boimau Ikut Merasakan yang Dirasakan Keluarga

tidak semua orang dapat bekerja sebagai staf di instalasi pemulasaran jenazah. Karena ini berurusan dengan orang sudah meninggal.

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
Ist
Okto Boimau sedang mengurus jenazah tanpa identitas di Instalasi Pemulasaran Jenazah RSU Prof. Dr. W.Z. Johannes 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Ruangan Instalasi Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang tampak sepi.

Tidak ada aktivitas di sana. Di dalam ruangan jenazah pun juga tidak ditemukan orang. Hanya terdapat beberapa kursi yang berjejer di sana.

Di depan gedung instalasi itu, hanya ditemukan dua mobil ambulance. Mobil yang satu berwarna putih dan yang satunya lagi berwarna hitam.

Di kaca depan mobil yang berwarna hitam bertuliskan Terus Berubah Menjadi Lebih Baik.

Mobil hitam yang ada tulisan itu, ternyata sering digunakan oleh Okto Boimau untuk mengantarkan jenazah.

Baca: Siapa Pengganti Ola Beda Jadi Sekda Matim? Ini Penjelasan Boni Sai

Baca: Mahathir Akan Pangkas Gaji Menteri

Saat ditemui, Okto sedang duduk di bangku salah satu ruangan persis di depan gedung instalasi itu.

Okto mengatakan, tidak semua orang dapat bekerja sebagai staf di instalasi pemulasaran jenazah .

Karena bekerja di intalasi tersebut berurusan dengan orang yang sudah meninggal.

"Bekerja di instalasi ini biasanya berhubungan dengan orang meninggal.

Biasanya orang takut dan jijiklah. Padahal itu hanya perasaan mereka," kata Okto yang sejak tahun 2009 menjabat sebagai Kepala Instalasi Pemulasaran Jenazah kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (4/5/2018).

Okto menjelaskan, bekerja di kamar jenazah harus dipahami sebagai panggilan untuk melayani.

Baca: Disprindag Kota Kupang Gelar Pasar Murah Ramadhan,Ini Lokasinya

Baca: Senangnya! PNS, TNI, Polri dan Pensiunan Siap-siap Terima THR dan Gaji Ke-13, Jokowi Sudah Teken PP

Artinya, selain memandikan jenazah, juga melayani keluarganya yang sedang dilanda rasa sedih dan duka karena kehilangan orang yang dicintainya.

"Jadi dalam melayani, kami dituntut untuk merasakan apa yang dirasakan oleh keluarganya. Jadi tidak hanya melaksanakan tugas belaka," kata suami dari Hubi Kana Riwu ini.

Bekerja di kamar jenazah bukan hal yang baru bagi Okto. Dijelaskannya, jika sebelum ia bekerja di instalasi pemulasaran jenazah, ia pernah bekerja di beberapa ruangan yang juga berhubungan dengan pasien dan orang meninggal.

"Ketika bertugas di kamar jenazah, bagi saya bukan hal yang baru. Dan saya diangkat menjadi PNS pada tahun 2002 dengan jabatan teknis di instalasi pemulasaran jenazah," kata Okto.

Tugas utama di kamar jenazah, tambah Okto, harus dapat memperbaiki mayat sehingga dapat dibawa pulang oleh keluarga.

Bahkan mayat yang sudah dalam keadaan belatung dan membusuk juga diurus bersama dengan teman-temannya.

Baca: Bulan Ini Sekda Matim Pensiun, Matheus: Apakah Saya Juga Yudas?

Baca: Terkait Safety Riding Goes To School, Ini Jawaban Cerdas Si Cantik Angeline

"Kalau ada mayat yang begitu, pasti keluarga bingung untuk bawa pulang. Jadi itu tugas kami untuk memperbaiki jenazah dengan memandikannya sampai bersih," kata pria beranak dua ini.

Okto menambahkan, ia pernah mengurus jenazah yang tidak memiliki identitas dan tuan yang jelas.

Dalam mengurus jenazah seperti itu, kata Okto, ia melayani sama dengan mayat yang memiliki identitas yang jelas.

Bahkan tambah Okto, dengan jenazah yang tidak diinginkan oleh keluarga seperti bayi yang dibuang oleh keluargannya, ia bersama petugas lainnya mengurusnya sampai dengan proses penguburan.

"Misalnya bayi yang lahir lalu dibuang oleh orang tuanya. Itukan kehidupannya kan tidak diinginkan oleh keluarga. Jadi kami urus sampai dengan penguburan," tambah Okto.

Pengalaman yang paling diingat, cerita Okto, ia pernah mengurus mayat yang dimutilasi di Sikumana lalu dibuang di Pantai Lasiana.

Selain itu penemuan mayat mutilasi di tong sampah di depan kantor Kelurahan Fontein.

Baca: Paul Liyanto Ajak Kapolres Kupang Kota Beri Kuliah Umum Kepada Mahasiswa CHMK Kupang

"Mayat itu kami memandikan dan kami urus sampai dengan penguburan. Mayat itu sampai sekarang belum tau siapa pembunuhnya. Masih misterius," kata pria kelahiran Oe Ulan-Timor Tengah Selatan (TTS), 26 Oktober 1967 itu.

Pengalaman lain, kata Okto, ia bersama temannya mengurus mayat kapal tenggelam. Saat itu jelas Okto, banyak sekali mayat yang di bawa ke Instalasi Pemulasaran Jenazah RSU Prof. Dr. W.Z. Johannes.

Berkat kerja sama yang baik, semua mayat diurus dengan layak.

Dalam melaksanakan tugas tidak semua hal yang dilakukan diapresiasi oleh masyarakat.

Okto menceritakan, ia nyaris dipecat karena lalai dalam menjalankan tugasnya.

Saat itu ada orang yang bawa pulang mayat dengan berjalan kaki.

"Bukan untuk pembelaan, tapi karena waktu itu beliau tidak sabar menunggu sehingga dia bawa pulang mayat pakai jalan kaki," kata Okto yang sudah memandikan banyak jenazah.

Masalah lain kata Okto, ada orang juga yang membawa pulang mayat menggunakan ojek.

Baca: Kurangi Pengeluaran Negara, Gaji Menteri Malaysia Dipangkas 10 Persen

Padahal saat itu, hanya persoalan ketidaksabaran orang itu sehingga ia langsung membawa pulang mayat itu ke rumahnya.

Meskipun belum maksimal dalam memberikan pelayanan, Okto mengatakan, pihaknya terus melakukan pembenahan.

Dengan melakukan pembenahan diharapkan dapat berubah ke arah yang lebih baik sesuai dengan tulisan di depan kaca mobilnya "Terus Berubah Menjadi Lebih Baik".

Di akhir cerita, Okto mengharapkan, kepada seluruh masyarakat agar tidak boleh merasa takut dan jijik pada jenazah. Sebab, semua orang pasti mengalami kematian hanya waktu dan kesempatan yang berbeda. (*)

Baca: Bupati Kupang Ayub Titu Eki Cuci Otak Kepala Desa

Okto Boimau saat bersama-sama dengan mengubur jenazah
Okto Boimau saat bersama rekan kerjanya mengubur jenazah (POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved