Begini Tanggapan Rumah Sakit Terkait Autopsi Jenazah yang Memicu Protes Pihak Keluarga

Kasubag Hukum Organisasi dan Hubungan Masyarakat RSUP Prof dr RD Kandou Meike Dondokambey menegaskan, tidak ada praktik menyimpang otopsi.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUN MANADO/KOLASE
Kekacauan saat otopsi jenazah Jecky Payow dan Meike Dondokambey 

POS-KUPANG.COM | MANADO - Kepala Sub Bagian Hukum Organisasi dan Hubungan Masyarakat RSUP Prof dr RD Kandou Meike Dondokambey menegaskan, tidak ada praktik menyimpang pihak RS Kandou dalam penanganan jenazah Geraldy Payow atau Jecky Payow (21).

"Kami jalankan sesuai prosedur," kata dia via ponsel kepada tribunmanado.co.id, Minggu (22/4/2018) malam.

Dikatakan Mieke, jenazah Geraldy menjalani otopsi sebab merupakan korban pembunuhan.

Hal itu merupakan kewajiban pihak RS yang diatur dengan UU.

"Kami diminta pihak kepolisian dan hasil otopsi juga bakal diserahkan ke polisi," kata dia.

Baca: VIRAL Video Kekacauan di Kamar Jenazah, Keluarga Protes Ada Luka Jahit di Perut Hingga Dada Jenazah

Mengenai bekas jahitan di perut korban, sebut dia, adalah bekas otopsi.

Menurut dia, tak ada pencurian organ seperti isu yang berkembang.

"Hanya ada otopsi, dan autopsi yang kami lakukan sesuai prosedur, tak pengambilan organ," kata dia.

Otopsi Wajib Dilakukan

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Manado Kombes FX Surya Kumara mengatakan, mengenai otopsi jenazah korban pembunuhan di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), sudah dilakukan sesuai dengan prosedur.

Dan mengenai persetujuan dari keluarga, kata kapolresta sudah ada.

"Pasti lah," ujar kapolresta singkat kepada TribunManado.co.id, Minggu (22/4/2018) siang.

Baca: Kekacauan Otopsi Jenazah, Ternyata Korban Penikaman, Ini Identitasnya

Kapolresta menegaskan bahwa otopsi itu ketentuan yang wajib dilaksanakan.

"Jika ada yang menghalangi akan dituntut sesuai dengan ketentuan," ujar dia.

Kapolresta menambahkan, saat ini tersangka kasus pembunuhan tersebut sudah ditangkap.

"Tersangka sudah kita tangkap," ujar kapolresta.

Otopsi Tidak Sebarangan

Dilansir tribunmanado.co.id dari tribunjogja, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr Sardjito, RA Kusparwati Ika Pristianti SpF SH mengungkapkan tidak ada kejadian seram atau pengalaman berbau horor yang pernah ia alami.

Hal tersebut dikarenakan sebelum melakukan autopsi pada jenazah, seluruh tim forensik diharuskan untuk berdoa terlebih dahulu.

Doa juga dilakukan ketika jenazah telah selesai diotopsi.

"Posisi jenazah diletakkan di meja pemeriksaan. Pada saat melakukan otopsi, jenazah juga diperlakukan dengan baik. Sama dengan memperlakukan pasien, ada etikanya," terangnya.

Baca: 12 Tahun Yeheskial Digerogoti Kanker Gusi, Ternyata Ini yang Membuatnya Bisa Bertahan

Baca: 3 Kabupaten di NTT Bermasalah Data Pemilih, Penetapan DPT Ditunda

Tidak adanya gangguan dari hal gaib juga diutarakan Prisa, panggilan akrabnya, karena tim forensik bekerja dengan sungguh-sungguh yakni untuk membantu menemukan titik terang, dan bukan sekadar main-main.

Perlakuan pada jenazah pun tidak dilakukan sembarangan, jadi semua proses bisa berjalan dengan baik.

"Mungkin kalau cerita-cerita (seram) biasanya dialami dokter koas ya. Ada yang pingsan, lalu ada juga yang sampai rumah kesurupan," tuturnya.

Sementara itu, Alumni UGM tersebut menjelaskan pengalaman pribadinya yang tidak bisa dikatakan seram namun juga di luar nalar.

Ketika ia harus melakukan otopsi dan hingga berjam-jam ia tidak menemukan penyebab kematian pada jenazah yang ia tangani.

"Lalu saya ajak bicara (jenazahnya) 'apa ya kok nggak ketemu-ketemu'. Lalu tidak lama kemudian, langsung bisa ditemukan penyebabnya," kenangnya lantas tertawa.(Tribun Manado/Arthur Rompis)

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Terkait Otopsi Jenazah Jecky Payow, Begini Tanggapan Humas RSUP Kandou

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved