Aksi Rakyat NTT
Kenapa Pendemo Trafficking Menyasar Tugu Meriam di Kantor Gubernur NTT, Ini Jawabannya!
Kenapa Pendemo Trafficking Menyasar Tugu Meriam di kantor Gubernur NTT, Ini Jawabannya!
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Ah, Bung Karno, putrimu pun mengecewakan kami! Si kurus ceking pun tak peduli pada perempuan-perempuan kami yang dijual.
Di Timor hari-hari ini kelaparan adalah hal yang biasa. Di desa orang disebut punya pekerjaan, tetapi amat minim uang tunai. Sebaliknya di kota pekerjaan bertaburan, dan uang pun seolah tidak mengenal etika, akal budi ditelan aturan untung-rugi (cost and benefit). Jika memangsa manusia lain adalah cara hidup, dan seolah dihalalkan.
Maka jangan heran kisah tentang mewahnya perilaku elit-elit di Kota Kupang sudah menjadi rahasia umum.
Mereka hidup dari ‘uang tim sukses’, entah wartawan, entah aktivis kampret. Sementara kasta paling bawah dihuni oleh mereka yang menyambung nyawa untuk hidup. Mereka yang pergi dan tak peduli apakah bisa kembali dalam keadaan bernyawa.
Baca: Saat Bertengkar dengan Pasangan, Lakukan 3 Hal Ini untuk Menyelesaikannya
Baca: Saat Intim, 4 Hal ini Jadi Kekuatiran Pasangan, Apa Saja?
Baca: Bikin Pasanganmu Terkesan di Pagi Hari, Lakukan 5 Hal Ini!
Pertanyaannya, pejabat-pejabat daerah macam apakah yang ada di NTT dan di Indonesia yang tidak mampu melihat derita kaum marhaen semacam ini.
Slogan marhaen di Provinsi NTT hanya jadi judul kosong, tanpa paham isinya. Bahkan ini berlaku bagi mereka yang mengaku anak idiologis Bung Karno.

Mana ada kaum marhaen di negeri yang para perempuannya mati dan pulang, namun sekedar untuk mendapatkan ambulance saja agar dapat mengantarkan tubuh mereka ke rumah dan liang lahat pun harus dilalui dengan mengemis?
Mana ada pemimpin kaum marhaen yang bersembunyi di ruang ber-AC ketika para korban tiba dan hendak bertanya dimanakah letaknya keadilan dalam dinding kekuasaan? Dimanakah rasa manusia yang masih tersisa di ujung mesin-mesin birokrasi?
Meriam Belanda kau puja, dan kau arahkan moncongnya kepada rakyat.

Retorika kompeni kau pakai hari-hari ini. Kau katakan mereka yang berdaulat hanya lah mereka yang berduit. Sedangkan kalian rakyat sebaiknya diam dan jangan ribut.
Ikut saja aturan--meskipun aturan-aturan itu mematikan. Meskipun aturan-aturan itu terbukti gagal. Meskipun penderitaan yang kalian suarakan hanya menjadi proyek baru untuk pejabat-pejabat partai politik. Meskipun harga dirimu diinjak hingga kalian tak mampu bersuara.
Di titik ini. Ketika kematian menjadi hal yang sengaja dilupakan. Dan tubuh yang ditinggalkan di cargo bandara adalah hal yang kurang penting. Dan sebongkah roda meriam menjadi lebih penting untuk pedagog-pedagog yang mengaku Sukarnois.