Pemkab TTS Tak Mampu Capai Target Upsus Siwab 2017, Ini Kendalanya

Disnak dan Keswan hanya mampu mencapai 40 persen dari target 7.000 ekor sapi betina.

Penulis: Dion Kota | Editor: Fredrikus Royanto Bau
POS KUPANG/DION KOTA
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS, Benyamin Billy 

Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Dion Kota

POSKUPANG.COM, SOE - Pemerintah Kabupaten TTS melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tak mampu mencapai target program upaya khusus sapi betina wajib bunting (Upsus Siwab) di tahun 2017.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan hanya mampu mencapai 40 persen dari 7.000 ekor sapi betina yang menjadi target dalam Upsus Siwab.

Baca: Begini Kronologi Fuso Tabrak Sepeda Motor di Jalan Fetor Funay Kupang

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten TTS, DRH. Benyamin Billy mengatakan, hambatan utama dalam pelaksanaan program Upsus Siwab di kabupaten TTS adalah cara pemeliharaan sapi yang masih menggunakan sistem sapi padang.

Baca: Lakalantas di Jalan Fetor Funay, Korban Meninggal Masih Misterius

Baca: Gara-gara Angka Kasus ini, Tiga Elemen Desak Orangtua Awasi Penggunaan Media Sosial

Di mana para peternak membiarkan ternak sapinya hidup di padang secara bebas sehingga petugas inseminator kesulitan untuk melakukan inseminasi buatan (IB) pada sapi betina.

"Tahun lalu kita diberikan target 7.000 ekor, dengan rincian 5.000 IB dan 2.000 kawin alami.

Kebanyakan sapi kawin secara alami karena kita kesulitan untuk melakukan IB pada sapi betina. Akhirnya target kawin alami melewati target tetapi target kawin secara IB tidak bisa tercapai," ungkapnya.

Untuk mengatasi hambatan tersebut lanjut Benyamin, dirinya telah mengusulkan keterlibatan Babinsa dan Babinkamtibmas dalam program Upsus Siwab di Kabupaten TTS.

Keterlibatan Babinsa dan Babinkamtibmas dalam program Upsus Siwab berperan dalam mendorong para peternak untuk mengumpulkan ternak sapinya untuk dilakukan IB.

Hal ini sudah diusulkan ke tingkat pemerintah pusat dan propinsi namun hingga saat ini belum ada jawaban.

"Kalau tentara atau polisi yang gerakan para peternakan ini muda saja karena peternak pasti takut. Tetapi kalau petugas inseminator kita yang gerakan sulit sekali.

Saya minta pemerintah pusat tidak melihat peternak di Kabupaten TTS seperti para peternak di Jawa karena cara beternaknya berbeda.

Kalau di Jawa, sapinya diikat sehingga muda dilakukan IB, tetapi di TTS Sapinya di lepas di padang sehingga sulit dikumpulkan," jelasnya. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved