Tindakan Bunuh Diri dan Autofobia
Kasus bunuh diri tersebut bisa dilatarbelakangi oleh beragam faktor seperti ekonomi, gangguan kejiwaan, kegagalan
Kehidupan modern yang menuntut kecepatan dan ketepatan selain membawa keuntungan dalam multiaspek kehidupan serentak menyeret pengaruh negatif bagi manusia yang kurang bijaksana dalam menghadapinya.
Perkembangan modern yang membuat dunia menjadi kampung global dalam tesis Marshall McLuhan membawa implikasi yang buruk bagi sekelompok orang yang tidak mampu menghadapinya.
Perkembangan teknologi membuat orang yang tidak mampu menghadapinya menderita `kesepian' dan mengidap `rendah diri'. Perasaan negatif ini terjadi ketika orang tidak mampu hidup dalam standar-standar yang ditetapkan oleh perubahan teknologi.
Dalam kajian Hannah Arendt, fenomena ini adalah salah satu patologi masyarakat modern. Patologi itu bernama perasaan ditinggalkan (Gefuehl der Verlasssenheit). Perasaan itu muncul ketika manusia tidak mampu beradabtasi dengan gaya hidup modern.
Perasaan ditinggalkan membuat orang tidak mempunyai sesuatu yang umum bersama orang lain. Dalam kondisi seperti inilah, kejahatan muncul dalam arti orang digiring untuk menjadi pelaku kejahatan terhadap diri sendiri. orang menjadi takut terhadap diri sendiri karena tidak mampu bersaing dengan orang lain. "Rasa takut" tulis Bertrand Russel adalah "sumber utama tahayul dan salah satu sumber kekejaman terhadap diri sendiri"
Revitalisasi Konsep Diri
Akar utama aksi pembunuhan diri adalah ketakutan akan diri sendiri. Korban bunuh diri merasa diri kecil untuk bersaing dengan perkembangan dunia modern. Berkaitan dengan ini Heidegger dengan tepat mengemukakan bahwa ketakutan sebenarnya merupakan salah satu ciri utama manusia yang terlempar di dalam dunia.
Ketakutan perlu disadari sebagai bagian dari hidup, sehingga ia hadapi dalam keseharian. Hal yang sama juga berlaku dengan ketegangan. Ketegangan dalam kehidupan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan menusia di dunia ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa ketegangan adalah kegiatan atau keadaan yang menimbulkan tuntutan-tuntutan psikis dan fisik tertentu.
Oleh karena itu, berhadapan dengan fenomena bunuh diri, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah merevitalisasi konsep diri. Konsep diri ini merupakan pendekatan operasional terhadap pertanyaan filosofis "Siapakah Saya?".
Erik Fromm melihat konsep diri memiliki peranan yang membedakan manusia dari mahluk hidup yang lain. Baginya, manusia melebihi segala bentuk kehidupan karena hanya manusia yang mampu menyadari dirinya sendiri.
Dobzhansky, ahli genetika terkenal, juga menyatakan kesadaran diri sebagai ciri pokok dan sebagai sesuatu yang baru dari Homo Sapiens yang bersifat evolusioner. Kesadaran diri ini menempatkan implikasi-implikasi yang sungguh-sungguh pada pengalaman manusia karena melibatkan suatu pencarian arti kehidupan itu sendiri.
Untuk mengetahui identitas seseorang membolehkan pemahaman masa lalu seseorang juga pemahaman mengenai kemampuan-kemampuan masa depannya, dan pemahaman tempat seseorang di dalam keteraturan mahluk-mahluk. Konsepsi-konsepsi manusia mengenai dirinya sendiri mempengaruhi tingkah lakunya dan pengharapannya dari hidup ini. *