Pemeriksaan Saksi Kasus Tewasnya Ibu Melahirkan di Polres TTS Ditutup-tutupi Penyidik
Miler bahkan meminta agar Pos Kupang segera menghapus foto dan video yang sudah direkam tadi.
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo
POS-KUPANG.COM | SOE – Pemeriksaan sejumlah saksi kasus kematian ibu dan anak di RSUD SoE ditutup-tutupi.
Wartawan dilarang mengambil gambar bahkan informasi mengenai proses penyelidikan pun terkesan ditutupi.
Sejak kasus ini ditangani Polres TTS, Sabtu (27/1/2018) lalu hingga Jumat (2/2/2018), belum ada keterangan pers yang diberikan kepada wartawan.
Pada Jumat sekitar pukul 13.50 Wita, sejumlah wartawan hendak mengonfirmasi perkembangan penyelidikan kasus ini kepada Kasat Reskrim Polres TTS, Iptu Yohanes Suhardi, namun Yohanes enggan memberikan informasi.
Ditanya, apakah kasus ini diambil alih oleh Polda NTT, Yohanes mengatakan, tidak.
Namun Yohanes meminta wartawan mengonfirmasi saja hal itu kepada Humas Polres TTS.
Menurut Yohanes, kasus ini sudah menjadi atensi Polda NTT sehingga berapa penyidik Polda sudah tiba di Polres TTS untuk membantu penyelidikan.
Ditanya, sudah berapa saksi dan siapa saja saksi yang sudah diperiksa, Yohanes enggan menjawabnya.
Kabag Humas Polres TTS, AKP Jala, yang dikonfirmasi mengatakan penyidik sedang memeriksa saksi, namun Jala tidak mengetahui siapa saja saksi yang sudah diperiksa.
Jala berjanji akan menanyakan hal ini kepada Kasat Reskrim. Namun hingga Jumat sore, tak ada informasi terkait perkembangan penyelidikan kasus ini.
Baca: VIDEO: Jemsius Taneo Kecewa dengan Dokter di RSUD SoE
Wartawan yang mengambil gambar pemeriksaan saksi kasus RSUD SoE juga tidak diizinkan oleh Yohanes, dengan alasan, kasus ini masih dalam penyelidikan. Dia harus minta izin kepada ketua tim dari Polda NTT dulu.
Namun, ketika ditanya mana ketua timnya, Yohanes enggan memberitahukan hal itu.
Pos
Kupang kemudian berupaya mengambil gambar dari luar terkait pemeriksaan saksi itu. Namun langsung dibentak oleh penyidik Polda, Miler, yang sedang memeriksa seorang saksi.
Miler bahkan meminta agar Pos Kupang segera menghapus foto dan video yang sudah direkam tadi.
“Saya kenal ibu. Hapus gambar itu ya, hapus,” katanya dengan suara kasar, sambil menghalau Pos Kupang keluar dari lorong Ruang Reskrim itu.
Pos Kupang kemudian meminta konfirmasi hal ini kepada Kabid Humas Polda NTT, Jules.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang, usai ditelepon, Jules langsung menelepon dan menegur Humas Polres TTS dan Kasat Reskrim Polres TTS.
Baca: VIDEO: Lihat Amarah Bertolens Ayah Pasien Paulina dan Bayi yang Meninggal di RSUD SoE
Sore harinya, Kasat Reskrim Polres TTS, Yohanes dan Ketua Tim dari Polda NTT, AKP Siahaan memanggil semua wartawan dan mengklarifikasi larangan pengambilan gambar itu. Keduanya meminta maaf kepada wartawan atas sikap penyidik Polda, Miler, terhadap wartawan.
Meski demikian, tidak ada konfirmasi terkait perkembangan penyidikan kasus itu.
Kasat meminta wartawan untuk langsung menghubungi Kabid Humas Polda NTT jika hendak menanyakan perkembangan kasus itu.
Ketua Araksi, Alfred Baun, SH yang ada di tempat itu juga kecewa dengan sikap penyidik dan proses penyidikan kasus itu.
Dia meminta agar Polres TTS transpran dalam penyelidikan kasus ini.
Penanganan kasus kematian ini mendapat dorongan dari publik yang merasakan, melihat dan mengalami langsung kejadian ini. Mereka mengharapkan diproses secara hukum.
“Kami berharap kasus ini dibuka lebar dan tidak boleh ada sekat dalam kasus ini, karena kasus ini sudah menjadi konsumsi publik. Ketika sudah masuk ke polres lalu ada sekat di Polres sini, bagaimana?” kata Alfred.
Baca: Gara gara Tak Ada Surat Rujukan, Ibu Melahirkan Meninggal Dunia di RSUD TTS
Baca: Istri dan anak Meninggal, Suami Laporkan Manajemen RSUD TTS ke Polres TTS
Menurut Alfred, kasus kematian pasien itu terkait dengan urusan birokrasi dan ketika kasus ini sudah diproses di Polres lalu Polres pun membuat birokrasi yang rumit terhadap wartawan yang hendak meminta perkembangan kasus ini, maka hal ini akan menjadi tanda tanya besar, ada apa.
“Penyidik jangan bikin benteng, ini ada apa?” kata Alfred. (*)