Simak Yuk! Cerita Paspampres Soeharto , Lampu Hijau yang Tak Pernah Merah dan Baju Batik

Kesan tersebut ia tulis dalam salah satu bab di buku berjudul Soeharto: The Untold Stories (2011).

Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Simak Yuk! Cerita Paspampres Soeharto , Lampu Hijau yang Tak Pernah  Merah dan Baju Batik
NET
NET Mantan Presiden Soeharto

POS-KUPANG.COM|JAKARTA--Maliki Mift menyimpan kenangan berarti selama mendampingi Presiden ke-2 RI Soeharto pasca-lengser pada 1998. Ia memang diperintahkan Kepala Staf Angkatan Darat kala itu untuk menjadi pengawal khusus Soeharto.

Kesan tersebut ia tulis dalam salah satu bab di buku berjudul Soeharto: The Untold Stories (2011).

Pak Harto, begitu Maliki menyebut Soeharto, kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia. Namun, ia mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspos, yakni kesederhanaan.

Anthon Tifaona saat bersama Presiden RI, Soeharto
Anthon Tifaona saat bersama Presiden RI, Soeharto (SCREENSHOT DARI AKUN FACEBOOK ANSEL DERI)

Salah satunya yakni soal pengawalan. Soeharto sangat anti dikawal setelah tak lagi menjadi presiden. Padahal, hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.

"Tetapi begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi kasih tahu polisinya'," tulis Maliki dalam buku tersebut, menirukan ucapan Soeharto waktu itu.

NET
Mantan Presiden Soeharto
NET Mantan Presiden Soeharto (NET)

Maliki mencoba memahami keinginan Soeharto, namun ia tetap merasa pengawalan sangat penting. Ia pun memutar otak, mencari cara agar Soeharto tetap dikawal namun tanpa terlihat.

Akhirnya Maliki meminta polisi mengawal di belakang saja, bukan di depan untuk membuka jalan. Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.

"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki.

Jenderal Besar Soeharto berbincang dengan Jenderal Besar AH Nasution, sesaat sebelum menerima ucapan selamat pada acara silaturahmi di Istana Negara, Jakarta, Minggu (5/10/2007) siang.
Jenderal Besar Soeharto berbincang dengan Jenderal Besar AH Nasution, sesaat sebelum menerima ucapan selamat pada acara silaturahmi di Istana Negara, Jakarta, Minggu (5/10/2007) siang. ((ARSIP FOTO) KOMPAS / JB SURATNO)

Hari berikutnya, ide baru melintas di benak Maliki. Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto. Sebagai gantinya, ia akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.

Baca: Polisi Temukan Limbah Medis Dibuang di Belakang Gedung RSUD SK Lerik Kupang

Jadi, setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala. Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.

Akhirnya, hari itu, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi. Setiap kali melewati lampu lalu lintas di persimpangan, lampu hijau selalu menyala agar mobilnya tidak berhenti menunggu rambu berganti.

Mantan Presiden Soeharto menyambut kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kediamannya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, 8 Maret 2000.
Mantan Presiden Soeharto menyambut kedatangan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kediamannya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, 8 Maret 2000. ((ARSIP FOTO) KOMPAS / ARBAIN RAM)

Namun, lagi-lagi Soeharto mengendus keanehan. Ia mempertanyakan mengapa setiap persimpangan yang ia lewati tidak pernah ada lampu merah. Ia pun menegur Maliki agar jangan memberitahu polisi untuk mengatur lalu lintas.

"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya biar merah saja," ujar Pak Harto, sebagaimana ditulis Maliki.

Baca: Sebuah Mobil Kijang Kapsul Tergelincir dan Terjun ke Jurang Sedalam 10 M

Maliki, saat itu, hanya terdiam dengan perasaan malu.

Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995
Presiden Soeharto menerima sungkem dari Ibu Tien Soeharto pada hari Idul Fitri 1 Syawal 1415 Hijriah, 3 Maret 1995 (ISTIMEWA)

Kesederhanaan Soeharto, menurut Maliki, juga terlihat dari cara berpakaian. Sewaktu awal-awal menjadi pengawal khusus Soeharto, Maliki berpikir bahwa ia harus punya baju bagus untuk mendampingi Soeharto, paling tidak batik berbahan sutra.

Di hari pertama bertugas, Maliki mengenakan pakaian terbaiknya untuk mendampingi Soeharto ke luar rumah. Namun, apa yang dikenakan Soeharto sama sekali berbeda dengan bayangannya. Soeharto hanya mengenakan baju batik sederhana yang biasa dia pakai sehari-hari di rumah.

Dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Suharto pada tanggal 13 November 1990 di Tokyo.
Dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Suharto pada tanggal 13 November 1990 di Tokyo. (AFP)

"Diam-diam saya langsung balik ke kamar ajudan untuk mengganti batik sutra yang saya kenakan dengan batik yang sederhana pula," kata Maliki.

Pada 3 Januari 2018, Paspampres tepat berusia 72 tahun. Di usia yang tak lagi muda, segudang cerita menarik menyertai kerja Paspampres selama ini.

Inilah salah satu momen saat Presiden Indonesia Soeharto saat bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Kedua pemimpin Asia Tenggara ini dikenal menjalin persahabatan yang sangat dekat.
Inilah salah satu momen saat Presiden Indonesia Soeharto saat bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Kedua pemimpin Asia Tenggara ini dikenal menjalin persahabatan yang sangat dekat. (Todayonline.com)

Orang nomor satu di Indonesia harus mendapatkan pengamanan tingkat tinggi karena bersangkutan dengan simbol negara dan martabat bangsa.

Seperti apa tugas dan fungsi serta sisi lain dari Paspampres? Nono Sampono, komandan Paspampres era Presiden Megawati akan bercerita tentang suka dan duka menjadi Paspampres.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved