Penyakit TB Mirip Pembunuh Berdarah Dingin

Hadir pada acara ini antara lain Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan

Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/NOVEMY LEO
Dr. Hyron Fernandez menyampaikan materi pada acara monev, advokasi dan sosialisasi penyusunan rencana aksi daerah dalam rangka penguatan komitmen daerah menuju eliminasi TB 2035 di SoE, Kamis (30/11/2017). 

POS KUPANG.COM, SOE -Penyakit Tuberculosis (TB) seperti pembunuh berdarah dingin. Karena penyakit TB menyebar diam-diam lalu merenggut nyawa dan orang di sekitar jika tidak segera ditangani secara tepat dan cepat.

"TB dikatakan pembunuh berdarah dingin, lambat tapi pasti. Karena penyakit TB menyebar dengan berdarah dingin. Kita tidak tahu kita suspek TB lalu kita rangkul anak cucu kita dengan sukacita sekaligus kita tidak sadar bahwa kita telah membagi kuman itu kepada mereka," kata Dr. dr.Hyronimus Fernandez kepada peserta pertemuan monev, advokasi dan sosialisasi penyusunan rencana aksi daerah dalam rangka penguatan komitmen daerah menuju eliminasi TB 2035 di SoE, Kamis (30/11/2017) siang.

Hadir pada acara ini antara lain Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dr. Theresia Sarlyn Ralo.

Menurut dr. Hyron, penularan TB itu sangat cepat terjadi dan kadang tidak disadari oleh penderita dan orang di sekitarnya.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dr. Theresia Sarlyn Ralo (tengah) bersama Kadis Kesehatan Kabupaten TTS, dr. Hosianni In Rantau
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dr. Theresia Sarlyn Ralo (tengah) bersama Kadis Kesehatan Kabupaten TTS, dr. Hosianni In Rantau (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

"Sekali saja pengidap TB itu bersin, sudah jutaan kuman keluar dan bisa menyebar ke orang di sekitarnya. Di Indonesia setiap hari ada 385 orang yang meninggal karena TB," kata Hyron. Karena itu, TB harus diberantas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dr. Hosianni In Rantau berharap agar keluarga bisa memperlakukan anggota keluarga yang mengidap TB itu dengan tepat dan tidak `memusuhi'.

"Kita harus menjadi suporter yang kuat mengingatkan dan mengawasi anggota keluarga kita minum obat. Perlakukan dia dengan baik, pakai masker, tidur sendiri hingga dia sembuh. Berikan pengertian kepada anggota keluarga yang lain agar paham," kata dr.Hosianni.

Dokter Hosianni juga mengingatkan, agar semua orang bisa waspada dan peka terhadap kondisi kesehatan. "Jika batuk tidak sembuh lebih dari dua minggu, segeralah periksakan diri ke dokter," kata dr. Hosianni.

Dirincikan dr. Hosianni dari program, ketuk pintu yang telah dilakukan sejak tahun 2014 hingga tahun 2017, di tiga wilayah puskesmas yakni Puskesmas Nulle, Kota dan Niki-Niki, pihaknya telah menemukan data kasus TB yang jumlahnya bervariasi. Yakni kasus TB sebanyak 9.488 pertahun 2014, naik menjadi 1.306 di tahun 2015, turun di tahun 2016 menjadi 9.593 kasus dan naik menjadi 9.695 kasus.

Hosianni berharap ke depan, sebanyak 35 puskesmas di TTS bisa mendapat program ketuk pintu dimaksud sehingga pendataan dan penanganan TB bisa dilakukan sejak dini dan tepat.

Asisten I Setda TTS, Drs. Maxi Oematan, M.Si saat membuka kegiatan ini berharap setiap OPD khususnya Dinkes dan Bappeda bisa memperhatikan dan membuat program yang srategis untuk menanggulangi dan mencegah penyakit TB di TTS. Maxi juga berharap ada koordinasi yang baik dengan DPRD, khususnya Komisi IV.

"Dengan demikian semua bisa mengerti dan memahami dan menjalankan peranannya dengan tepat untuk mengeliminasi kasus TB di TTS," kata Maxi. (vel)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved