Else Pugel Hanya Menangis Lihat Rumahnya di Lewoleba Tengah-Lembata Ludes Dilahap Api
Rumah Else Pugel, guru SMP PGRI Lewoleba, Kabupaten Lembata, ludes dilahap si jago merah, Rabu (8/11/2017) petang.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA – Rumah Else Pugel, guru SMP PGRI Lewoleba, Kabupaten Lembata, ludes dilahap si jago merah, Rabu (8/11/2017) petang.
Dalam peristiwa tersebut, tak ada korban jiwa. Namun tak satu barang pun yang dapat diselamatkan.
Bahan makanan seperti beras dan lainnya, juga pakaian, buku-buku dan ijazah, terbakar habis.
Warga berupaya memadamkan kobaran api, tapi usaha tersebut sia-sia. Hanya dalam waktu sekejap, rumah berdinding keneka (bambu) beratap seng itu sudah rata tanah.
Menurut informasi yang dihimpun Pos Kupang di tempat kejadian perkara (TKP), sore itu suasana di RT 02/RW 01, Kelurahan Lewoleba Tengah, Kecamatan Nubatukan, relatif sepi.
Warga setempat umumnya tenggelam dalam rutinitas masing-masing. Tak ada pula warga yang membakar sampah, termasuk di sekitar lokasi kejadian. Namun tiba-tiba api berkobar-kobar dari dalam rumah.
Belum diketahui sebab musabab kobaran api tersebut. Ada yang menduga sumber api berasal kompor.
Ada juga yang menyebutkan api berasal dari arus pendek listrik. Warga lainnya menduga api bersumber dari lilin.
Sementara Else Pugel yang sehari-hari mengajar di SMP PGRI Lewoleba belum bisa dikonfirmasi.
Else masih menangis, juga trauma dengan kejadian yang dihadapinya.
Kakinya juga melepuh lantaran berusaha menerobos masuk ke dalam rumah untuk mengambil ijazah saat api sedang berkobar.
Sejumlah saksi mata menyebutkan, sore itu, api tiba-tiba menyala besar dan menjilat-jilat dinding rumah yang ditempati Else.
Awalnya si jago merah melahap kamar belakang. Saat api makin besar, warga pun berteriak minta tolong.
Mendengar teriakan itu, warga spontan datang ke lokasi kejadian. Berbekal ember di tangan, mereka berusaha memadamkan api dengan mengambil air dari rumah warga yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Warga juga berusaha memutuskan jaringan listrik yang dihubungkan ke rumah korban.
Selain itu warga menyirami air ke sebuah rumah yang letaknya dekat dengan rumah korban. Maksudnya, mencegah agar api tidak merambat ke rumah tersebut.
Meski berhasil mencegah api melebar ke rumah tetangga, namun warga gagal menyelamatkan rumah Else Pugel dari kobaran api. Tak lebih dari satu jam terhitung sekitar pukul 17.00 Wita, rumah itu sudah rata tanah.
Warga juga menyebutkan, dalam kejadian itu, tak ada bantuan dari mobil tangki untuk memadamkan api. Alhasil, rumah berukuran sekitar 4x6 meter itu pun habis dimakan api.
Else Pugelhanya menangis, meratapi tempat tinggalnya yang ludes dijilat api. Ia juga tak bisa memberi keterangan apa pun terkait kejadian tersebut.
“Minta maaf, saya tidak bisa memberikan keterangan terkait musibah ini. Saya belum mampu bicara apa-apa,” ujar Else saat ditemui Pos Kupang di rumah tetangga, tak jauh dari lokasi kejadian.
Saat itu, Else hanya bisa menangis. Sambil menangis, ia merendam kakinya di dalam sebuah ember hitam. Ia lakukan itu karena kakinya melepuh disambar kobaran api saat korban hendak menerobos ke dalam rumah untuk mengambil ijazah.
Sayangnya, kobaran api terlalu besar, sehingga Else tak sanggup mengambil ijazah yang disimpannya di dalam lemari. Tak hanya ijazah, Else juga tak bisa mengambil satu barang pun dari dalam rumah yang ditempatinya selama ini.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, saat api melahap rumahnya, Else tidak berada di tempat. Ia bersama ibunda yang baru tiba dari Ende sedang berada di rumah tetangga, kurang lebih 50 meter jaraknya.
Ketika sedang asyik bercerita, tiba-tiba mereka mendengar teriakan warga bahwa ada rumah terbakar.
Saat itu juga ia langsung berlari menuju rumah. Kendati api mulai membesar, Else berusaha menerobos masuk namun usaha itu sia-sia.
Baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah, Else terpaksa mundur kembali dan lari keluar rumah.
Pasalnya, api sudah membesar dan melahap atap rumah. Dan, hanya beberapa saat setelah ia berada di luar rumah, bangunan itu pun perlahan-lahan roboh. (*)