Warga Kolisia B Sempat Anggap Markus dan Yohanes Gila. Namun Hasil Karyanya Buat Warga Kagum

Ini kisah sukses dari petani jagung yang menanam jagung pada musim panas. Semula mereka dianggap gila

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Marsel Ali
Pos Kupang/Egy Moa
Bupati Sikka,Drs.Yospeh Ansar Rera (topi) panen jagung jenis srikandi kuning milik Kelompok Karya Bersama Mandiri di Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Jumat (29/9/2017). 

Laporan wartawan Pos Kupang, Eginius Mo'a

POS KUPANG.COM, MAUMERE - Ketika memulai penyiapan lahan penanaman jagung Srikandi Kuning pada bulan Juli 2017, tiga orang anggota Kelompok Tani Karya Bersama Mandiri, Vintisia Nitu, Markus Yohanes dan Martinus Nukak, dianggap sebagai orang gila oleh sekelompok warga Desa Kolisia B, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka di Pulau Flores.

Wajar saja, warga beranggapan demikian karena saat itu musim panas mulai berlangsung hingga saat ini.

Tetapi, tiga bulan berselang, tanaman jagung srikandi kuning yang diusahakan bersama petugas penakar benih jagung dan padi, Gaspar Bao, memberikan panen yang banyak. Satu hektar mampu menghasilkan 6,3 ton benih jagung.

Panen dilakukan Bupati Sikka, Drs.Yospeh Ansar Rera, bersama Komandan Lanal Maumere, Kolonel (Marinir) Sumantri, Dandim 1603 Sikka, Letkol (Inf) Abdullah Jamali, Kepala Tata Usaha BPTP NTT, Drs.Jemi Banoe, dan anggota Kelompok Tani Karya Bersama Mandiri, Jumat (29/9/2017).

"Saya bangga dengan hasil panen ini. Awalnya, kami juga ragu sekali, apakah jagung yang kami tanaman ini bisa berhasil. Kami tiga orang yang kerja ini dicap orang gila, karena tanam pada musim panas," ujar Vinitisia Nitu.

Panen jagung yang banyak melengkapi rasa penasaran. Kerja keras mereka memberikan hasil menggembirakan. Vinitsia menyatakan akan menerusakan penanaman jagung.

Markus Yohanes mengakui mereka kerja keras tak kenal waktu. Karena baru memulai penanaman jagung di musim panas, mereka sering lakukan kesalahan.

Namun usaha keras mendatangkan panen melimpah membuat hatinya bersukaria.

"Banyak orang tertawakan kami karena tanam jagung pada musim panas. Ketika jagung tumbuh makin bagus, semua suara diam. Kami tidak kerja asal-asalan," timpal Markus.

Martinus Nukak mengakui, kerja keras mengikuti bimbingan pendamping mendatangkan panen banyak.

Markus sadar menanam jagung tidak harus di pada musim hujan. Di musim panas, bisa dilakukan dengan mengikuti arahan pendamping.

"Biayanya lebih murah dibanding tanam bawang. Yang penting kemauan dan kerja keras," kata Gaspar.

Petugas penakar benih jagung, Gaspar Bao mengaku gembira dengan usahanya. Penyiraman mengandalkan sumur dangkal hanya 12 mater, tidak cukup mengairi seluruh areal. Ternyata hasil panen sangat bagus 6,3 ton per hektar.

Total lahan penakaran dikembangkan seluas 8 Ha di Desa Kolisia A dan Desa Kolisia B meliputi 5 Ha jagung lamuru dan 3 Ha jagung srikandi kuning.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved