Sebelum Yoko Meninggal, Ricky Purab Mimpi Berpelukan dengan Almarhum Kakeknya

Ricky tak menyangka bakal mendapat musibah seberat ini. Tak sanggup dia melukiskan perasaannya saat ini.

Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Alfons Nedabang
pos kupang
Teman sekolah Yoko duduk di bawah pohon tempat Yoko tewas tersengat listrik. 

Laporan Wartawan Pos Kupang.com, Edy Bau

POS KUPANG.COM, ATAMBUA - Suasana duka menyelimuti keluarga besar Ricky Lado Purab, personil pengendali massa (Dalmas) Polres Belu.

Betapa tidak, adik bungsunya yang jauh-jauh dari Ile Ape Kabupaten Lembata mengikutinya ke Atambua untuk bersekolah, harus tewas mengenaskan tersengat arus listrik di rumahnya, Selasa (15/8/2017) sore.

Ricky tak menyangka bakal mendapat musibah seberat ini. Tak sanggup dia melukiskan perasaannya saat ini.

Tak ada firasat apapun terkait kejadian ini. Namun pada malam sebelumnya yakni Senin (14/8/2017) malam, Ricky mengalami mimpi yang terbilang aneh dan tidak biasa.

Dia bermimpi bertemu dengan almarhum kakeknya (bapak dan bapaknya, red).

Dalam mimpinya, Ricky berpelukan dengan kakeknya mengenakan baju putih dan mereka menangis bersama.

"Ba'i (kakek) ini yang namanya dipakai oleh Yoko. Dalam mimpi kami berpelukan sambil menangis tapi kami menangis tanpa suara. Hanya air mata yang keluar," ungkap Ricky saat ditemui Rabu (16/8/2017).

Lalu pada pagi harinya, Ricky dibangunkan oleh adiknya Yoko agar mengantarnya ke sekolah seperti biasanya.

"Dia bangunkan saya lalu tidak cuci muka lagi saya langsung antar dia. Dalam perjalanan saya sempat ceritakan mimpi saya kepada adik dan dia menjawab bahwa mungkin saja artinya menangis bahagia," kata Ricky.

Ricky Lado Purab (Baju hitam, berdiri) sedang berembug dengan keluarga di Atambua untuk memberangkatkan jenasah Yoko ke Lembata.
Ricky Lado Purab (Baju hitam, berdiri) sedang berembug dengan keluarga di Atambua untuk memberangkatkan jenasah Yoko ke Lembata. (pos kupang)

Dia tak menyangka hari itu adalah terakhir kalinya dia mengantar adiknya ke sekolah.

Usai itu, Ricky kembali ke rumah dan menyiapkan diri ke kantor karena harus bersama teman-temannya melayat teman polisi yang meninggal.

Kejadian aneh kembali dialami Ricky saat sedang mengikuti apel. Saat itu dirinya dikerubungi beberapa ekor lalat hitam yang menurut keyakinan pertanda tidak baik.

"Saya heran saat apel, ada lalat hitam yang terbang keliling saya. Saya lihat teman lain tidak. Hanya saya saja. Saya pikir ada apa ini," ujarnya.

Setelah apel, Ricky berangkat ke Seon-Malaka untuk melayat teman polisi. Hingga sore hari baru kembali ke Atambua tanpa mengetahui jika adiknya telah tiada.

"Kemarin sore pas kami juga baru sampai di Polres dan baru turun dari mobil, tiba-tiba ada anak-anak lari bertemu saya dan beritahu kalau Yoko sudah di rumah sakit," katanya.

Setelah mendapat informasi itu, Ricky bersama teman-temannya berlari menuju rumah sakit. Dia sempat meminta dokter untuk menggunakan alat kejut jantung namun tidak bisa.

Yoko diduga langsung tewas di atas pohon sebelum akhirnya jatuh ke tanah dan dilarikan ke rumah sakit oleh teman dan tetangga.

Kabel Tegangan Tinggi

Mengenai kebiasaan memasang bendera merah putih di rumah, Ricky mengaku setiap tahun menjelang tanggal 17 Agustus, mereka selalu memasang bendera pada pohon depan rumah yang kemudian menjadi pohon maut bagi adiknya itu.

Namun, lanjutnya, pada tahun sebelumnya, pohon Rita (Alstonia Scholaris) atau orang Belu biasa menyebutnya Ai Kroti di depan rumah selalu dipangkas sebelum dipasangi tiang bendera.

Pohon itu dipangkas karena beberapa meter di atasnya melintas kabel listrik tegangan tinggi. Namun tahun ini, lanjut Ricky, dahan pohon itu tidak dipangkas.

Menurut Poli, salah satu saksi mata yang berada dalam jarak sekitar 30 meter dari tempat kejadian, saat itu dia melihat korban memanjat pohon untuk memasang tiang.

Awalnya dia melihat tiang bambu tanpa bendera menyembul dari rimbunan daun Kroti.

Rupanya korban memasang tiang terlebih dahulu. Tak lama kemudian, Poli melihat tiang itu sudah dipasangi bendera merah putih.

Beberapa saat kemudian, Poli mendengar ada teriakan bahwa ada yang jatuh dari pohon. Poli langsung berlari dan melihat korban sudah dibawa ke dalam rumah.

Setelah melihat kondisi korban yang pucat dan kaki serta tangan korban melepuh, Poli mengatakan bahwa korban tersengat listrik.

"Kami lalu bawa ke rumah sakit tapi korban sudah meninggal. Mungkin saat itu dia mengapit tiang dan berusaha mengikat tiang bambu ke dahan pohon, lalu angin meniup bambu hingga menyangkut kabel listrik," ungkapnya.

Poli mengatakan, saat petugas PLN datang, mereka melihat tiang bambu bersandar pada kabel tegangan tinggi.

"Petugas PLN saja tidak berani karena waktu itu bambunya lengket di kabel telanjang. Bambu juga hangus, telapak tangan dan kaki korban juga melepuh," katanya.(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved