Begini Reaksi Keluarga, Saat Foto Putri Presiden Menyusui Bayinya Tersebar

Dia kemudian mencabut unggahannya setelah dituding memiliki perilaku tidak bermoral.

Editor: Rosalina Woso
DOKUMENTASI ALIYA SHAGIEVA
Aliya Shagieva mengatakan perdebatan itu menunjukkan adanya budaya hiperseksual terhadap tubuh perempuan. 

Dalam konteks masyarakat tradisional Muslim pascaSoviet, Aliya Shagieva sangat berani dan berbeda.

Dia sangat terbuka, membagikan pengalamannya di masa kecil yang kesepian karena orangtua yang sibuk.

Dia berbicara mengenai kesenjangan generasi dan upayanya untuk memahami dan berkompromi dengan orangtuanya, paling tidak mengenai aktivitasnya di media sosial.

"Ibu saya menerima pesan dari teman-temannya mengenai saya," kata dia.

"Sekarang saya sendiri merupakan seorang ibu, saya mengetahui apa yang ibu saya alami dalam membesarkan saya."

Aliya merupakan pendukung aktif anak-anak penyandang down syndrome dan hak binatang, dan terlihat tidak memiliki ambisi politik.

Orang-orang di Kyrgyzstan memiliki ingatan mengenai anak-anak dua presiden sebelumnya yang terlibat dalam politik dan bisnis - kedua pemimpin itu digulingkan.

Namun pemimpin yang saat ini telah berjanji anak-anaknya tidak akan terjun ke politik.

Kyrgyzstan merupakan republik eks-Soviet yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Secara sosial merupakan konservatif tetapi dapat menerima perempuan yang menyusui di depan publik.

Perempuan tampak di taman-taman atau tempat publik lainnya tengah menyusui bayi-bayi mereka, tetapi biasanya berupaya dan menutup payudaranya dengan sepotong kain.

Ketika foto Shagieva diunggah, sejumlah pengguna media sosial berpikir tak perlu mengunggah sebuah foto momen yang intim, sementara yang lainnya mencelanya karena tidak sopan.

Foto dia tengah menyusui menarik perhatian sampai di luar Kyrgyzstan, karena dipublikasikan oleh koran dan situs di sejumlah negara termasuk di Eropa.

Banyak pengguna media sosial memujinya karena aksinya mendobrak hal yang tabu seputar tubuh perempuan.

Pertanyaan mengenai menyusui di ruang publik menjadi debat di banyak negara, termasuk Inggris.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved