Sekolah Mardi Wiyata Mulai Terapkan Sekolah Lima Hari, Termasuk SMATER Maumere
Hari Senin (24/7/2017) menjadi hari bersejarah bagi para guru dan siswa/siswi SMAK Frateran (Smater) Maumere.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Agustinus Sape
“Anak pulang ke rumah tidak ada lagi pekerjaan rumah. Semua diselesaikan di sekolah. Di rumah waktu untuk istirahat dan membantu orangtua,” ujar biarawan asal Kabupaten Nagekeo ini.
Frater Monfoort yakin akan muncul masalah pada minggu pertama-kedua pelaksanaan sekolah lima hari. Ini pernah terjadi di sekolah Yayasan Mardi Wiyata di Malang, Kediri dan Palembang yang menerapkan sekolah lima hari sejak empat tahun lalu.
“Saat ini anak-anak lebih kerasan di sekolah. Bahkan, guru sudah pulang, mereka masih main di sekolah. Semua fasilitas kami lengkapi dari kantin sampai sumber daya manusia (guru). Hasil akhirnya jauh lebih bagus,” kata Frater Monfoort.
Ia menegaskan, lima hari sekolah yang diterapkan adalah versi kurikulum, bukan lima hari kerja. Program ini telah lama dikembangkan di banyak negara. Frater Monfoort melakukan studi banding satu bulan di Finlandia untuk memulai program ini.
Filosofi pendidikan yang diterapkan guru adalah proses pembelajaran sesuai keterampilan abad 21. Guru wajib memiliki nilai utama yakni nasionalis, kemandirian, religius, gotong-royong dan integritas.
Pembekalan kepada para guru telah dilakukan lebih dulu sebelum disalurkan kepada peserta didik. Keterampilan abad 21 bagi guru yakni penguatan pendidikan karakter.
Literasi media, perpustakaan dan visual, sehingga yang dibuat guru ditiru peserta didik. Guru juga wajib punya keterampilan 4 C yakni creativity, critical thinking, communication, colaboration. (*)