Dari Lembata Taklukkan Dunia
Poros Maritim 'Menyulap' NTT dari Nasib Tidak Tentu Menjadi Nikmat Tiada Tara
Genderang Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 atau 59 tahun lalu ditabuhkan lagi di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ada apa?
Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
Dia menilai, integrasi ekonomi antar pulau-pulau di NTT menjadi hal yang paling utama untuk secara efektif menurunkan biaya logistik.
Siapkan Sumber Daya Manusia
Tekad Gubernur Frans untuk menaklukkan dunia di bidang maritim dan pekerjaan raksasa itu dimulai dari NTT tidak sekadar wacana. Gubernur Frans juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan membuka Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kupang dan Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Kupang.
SUPM sebagai satu-satunya sekolah di NTT berusaha untuk meningkatkan potensi sumber daya alam laut. Selain itu, menyiapkan tenaga-tenaga kemaritiman yang diakui dunia. Selama ini, para petani rumput laut di NTT untuk meningkatkan perekonomian hanya membudidayakan, memanen, mengeringkan rumput laut, lalu dijual ke pengusaha.
"Hadirnya SUPM, petani diberi pelatihan pengembangan budidaya rumput laut, yang kemudian dipanen lalu diolah agar bisa dijadikan makanan seperti nuget rumput laut, roll cake, nastar. Semua bahannya dari rumput laut," ujar Gubernur Frans yang mengaku bangga dengan hadirnya SUPM.
Selain memanfaatkan potensi rumput laut, para siswa SUPM Kupang juga mengembangkan penangkapan ikan tuna untuk diolah menjadi bakso ikan tuna. Sekolah yang telah menamatkan hampir 11 angkatan tersebut memiliki dua jurusan, yakni nautika perikanan laut dan teknologi perikanan. Lulusannya sebagian dikirim bekerja di Jepang, Amerika Latin, dan sebagiannya lagi di Mataram, perusahaan mutiara dari Jepang yang ada di Kupang.
"Sampai saat ini sudah 467 siswa SUPM Kupang yang telah lolos langsung bekerja di perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan SUPM," ujar Kepala SUPM, Melyon Erikson Datty, saat menerima kunjungan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Mulyoto, di SUPM Kawasan Bolok- Kupang, belum lama ini.
Untuk bahasa asing, kata Melyon, SUPM hanya mengajarkan bahasa Inggris maritim. Namun jika ada perusahaan dari Jepang, Korea atau negara lain yang ingin merekrut siswa SUPM, maka akan dibiayai oleh perusahaan tersebut untuk belajar bahasanya. "SUPM Kupang siap menyambut Masyarakat Ekonomi Asean yang telah dimulai Desember 2015," ucap Melyon.
Selain SUPM, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendirikan Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Kupang. Misinya, mencetak SDM unggul guna mengelola potensi sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal, cerdas, dan bertanggung jawab.
Kepala Program Studi Mekanisasi Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan (PKP) Kupang, Zainal Fanani, ST, M.Si, saat ditemui di Kampus PKP Kupang, Kamis (15/6/2017), memuji antusiasme pemuda NTT saat mendaftar sebagai calon mahasiswa angkatan kedua di sekolah itu. "Pada tahun pertama, yang diterima hanya 75 orang. Itupun ada yang berasal dari Jawa dan Sumatera, tetapi sekarang mengalami peningkatan sekitar 160 mahasiswa dan mayoritas dari NTT," ujar Zainal.
PKP Kupang saat ini telah membuka pendaftaran mahasiswa baru dan ditutup pada 7 Juli 2017. Sekolah ini menawarkan tiga program studi, yaitu teknik budidaya perikanan, mekanisasi perikanan, dan teknik penangkapan perikanan,
Dibukanya dua lembaga pendidikan perikanan di Kupang ini untuk mengoptimalkan potensi kemaritiman di NTT, yakni potensi perikanan tangkap (388,7 ton), budidaya laut (51.879 hektar), budidaya air payau (35.455 hektar), budidaya air tawar (8.375 hektar), tambak garam (3.200 hektar), industri pengolahan, dan terumbu karang.
Dengan hadirnya sekolah-sekolah perikanan di Kupang, Maumere, Larantuka, Gubernur Frans Lebu Raya berharap NTT tidak tertinggal memasuki Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015). NTT juga ikut bergerak dinamis mengamankan seluruh potensi maritim yang dimiliki dengan melakukan pemanfaatan secara optimal berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Pengelolaan potensi maritim harus dilakukan secara mandiri dan dilakukan oleh anak negeri agar NTT tidak selalu menjadi pasar atau penonton, namun menjadi penghasil produk perikanan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi," pungkasnya.
Bukankah nenek moyang kita seorang pelaut? Lantunan lagu anak-anak Lembata ini harus dijawab. Gerakan masuk laut tidak sekadar sebuah slogan manis atau pencitraan diri. Misinya, kemaritiman haruslah menjadi prioritas dalam sistem inovasi pembangunan di NTT demi anak cucu. Mereka kelak akan hidup pada alam NTT yang sesungguhnya, Nikmat Tiada Tara. (benny dasman)