Siswa SMA Hajar Bu Guru Pakai Kursi Hingga Keningnya Benjol, Begini Kronologisnya

PR dimintai keterangan, mendapat perawatan medis, dan visum atas tindak kekerasan yang dialaminya.

Editor: Rosalina Woso
Dok Polda Kalbar
EY (kiri), pelaku yang memukul gurunya, Puji Rahayu (kanan) usai pembagian raport karena tidak naik kelas. 

Seandainya betul-betul terjadi, Akim mengaku sangat prihatin. Menurutnya kasus seperti ini tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi trend atau model di masa mendatang.

"Kita akan lihat kasusnya dulu. Kita pelajari. Seandainya memang sudah tidak bisa ditolerir, sebaiknya kita selesaikan dengan kacamata hukum. Sebab guru dalam melaksanakan tugasnya sudah dilindungi Undang-undang. Apalagi guru yang bersangkutan sedang melaksanakan tugas," paparnya.

Kasus kekerasan yang menimpa Bu Guru PR ini juga memantik keprihatinan dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

"Yang jelaskan kita sangat prihatin. Kenapa pendidikan sekarang ini seolah-olah kaya ada kesan tidak ada lagi penghargaan kepada guru," tegas Ketua PGRI Kalbar, Prof Samion.

Kasus ini menurutnya, akibat anggapan tabu kalau guru memberikan bimbingan dan menegakkan disiplin kepada siswanya.

"Inilah puncak dari perlakuan guru yang acuh, karena tidak bisa berbuat menegakkan disiplin, sehingga perilaku anak tidak karuan. Bahkan cenderung brutal terhadap gurunya sendiri," katanya.

Menurut Samion harus ada upaya bersama. Merujuk pada kejadian ini, Samion berharap setiap kabupaten-kota di Kalbar bisa membuat Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Guru. Seperti yang dilakukan Pemkot dan DPRD Kota Pontianak.

"Saya harap semua kabupaten-kota bisa membuat seperti Kota Pontianak dan menjangkit semua pada daerah lain. Dengan adanya Perda Perlindungan Guru, maka itu bentuk untuk guru menegakkan disiplin," paparnya.

Apa yang terjadi di Kubu Raya ini kata dia, adalah puncak dari penegakan disiplin yang sangat lemah di sekolah. Hal itu terjadi karena guru tidak berani memberikan teguran. Apalagi kontak fisik, karena selalu salah di mata orangtua dan sebagainya.

"Jadi satu-satunya ciri negara berkembang adalah dalam menegakan disiplin harus ada sentuhan sedikit. Apalagi di sekolah. Jangan hanya pikir di zaman reformasi ini tidak boleh kontak fisik. Nah kejadian ini merupakan gunung es yang meledak, akibat guru yang acuh. Tidak bisa menegakan disiplin," pungkasnya. (Bangka Pos.Com)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved