Lima Hari Sekolah
Orangtua Wali Murid Harapkan 5 Hari Sekolah Perlu Ujicoba Dahulu
Apalagi di NTT banyak sekolah di pelosok-pelosok anak-anak harus membantu orangtua pada sore hari untuk mengembalakan ternak atau mengambil air yang j
Penulis: Edy Hayong | Editor: Alfred Dama
Laporan wartawan Pos Kupang, Edi Hayon
POS KUPANG.COM, KUPANG -- Penerapan program 5 hari sekolah untuk saat ini belum waktunya diterapkan di NTT.
Kalaupun mau diterapkan kalau bisa diujicoba dahulu pada sekolah-sekolah yang fasilitas pembelajarannya sudah cukup memadai.
Apalagi di NTT banyak sekolah di pelosok-pelosok anak-anak harus membantu orangtua pada sore hari untuk mengembalakan ternak atau mengambil air yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Hal ini disampaikan orangtua/wali, Drs. Soter Parera dan Marthen Salu, ketika ditemui Pos Kupang di Pengadilan Negeri Klas IA Kupang, Senin (12/6/2017).
Soter Parera mengatakan, dirinya bukan tidak setuju mengenai penerapan 5 hari sekolah, tetapi untuk saat ini belum bisa diterapkan di NTT. Penerapan 5 hari sekolah itu lebih cocok di daerah yang sudah masuk pola hidup modern.
Khusus di NTT, dengan pola pembelajaran yang belum berjalan baik, sangat sulit buat siswa untuk menyerap bahan ajar dari pendidik. Untuk itu, katanya, penerapan 6 hari sekolah masih layak untuk diterapkan di daerah ini.
"Kalau kita orang beragama (Kristiani,Red) Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari dan hari ke 7 Tuhan istirahat. Lalu kalau kita manusia terapkan lima hari untuk anak sekolah, saya kira perlu dipikirkan lagi. Daya tangkap pelajaran usia anak-anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Jangan karena di kantor-kantor terapkan 5 hari kerja lalu sekolah juga mau ikut. Kalau di lingkungan Perguruan Tinggi saya kira wajar-wajar saja, tetapi di sekolah dasar sampai menengah perlu dikaji kembali," kata mantan Kepala BKKBN NTT ini.
Hal yang sama juga disampaikan Marthen Salu. Dikatakannya, penerapan 5 hari sekolah memang baik juga karena ada sisa waktu buat anak-anak berkumpul bersama keluarga.
Tetapi kendalanya, daya serap pelajaran semakin menurun karena daya tahan fisik setiap siswa berbeda. Penerapan 5 hari sekolah cocok buat mahasiswa dan di perkantoran karena fisik bisa bertahan.
Selain itu, tidak semua daerah di NTT bisa menerapkan karena sebagian sekolah di pelosok-pelosok dengan fasilitas yang belum memadai mereka tidak akan betah belajar.
"Kalau gedung sekolah saja darurat mana bisa anak betah belajar dari pagi sampai sore. Anak-anak di pelosok juga sore hari mereka harus bantu orangtua gembalakan ternak atau ambil air yang jaraknya cukup jauh. Tidak bisa semua sekolah terapkan 5 hari sekolah. Kalau bisa ujicoba dulu di sekolah-sekolah yang fasilitasnya menunjang. Jadi jam tertentu mereka bisa bermain karena fasilitas yang disiapkan ada untuk mereka bisa melenturkan otak setelah pagi sampai siang belajar," kata Marthen.*