Peringati Hari Malaria Sedunia, JMK3 Gelar Dialog Ilmiah Bahas DBD dan Malaria di Kota Kupang
Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Kesehatan Kota Kupang (JMK3) mengadakan dialog ilmiah, Sabtu (29/4/2017).
Sementara itu, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyunigsih, S.KM, M.Kes, dalam materinya, tentang situasi terkini kasus malaria dan DBD, menjelaskan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan daerah lainnya merupakan daerah endemis Malaria dan DBD. Ini artinya setiap tahunnya selalu ada kasus yang terjadi.
Di Indonesia, Kemenkes melaporkan, kasus malaria tertinggi di Kawasan Indonesia Timur, yaitu Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan Maluku Barat. Dan sekitar 12 juta pendduduk masih berkutat dengan malaria.
Berdasarkan data dari Dinkes NTT, sepuluh tahun terakhir, insiden malaria sudah turun sebesar 70%, tapi penyakit ini masih menduduki 10 besar kasus di fasilitas kesehatan di NTT.
“Malaria, DBD, dan PTM (Penyakit Tidak Menular), sudah masuk 10 penyakit terbesar di Kota Kupang, maka dari itu mari kita mendukung dalam proses pemberantasan jentik nyamuk, fongging focus, pembagian Abate, serta pembagian kelambu anti malaria kepada masyarakat,’’ ungkap kepala bidang Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit ini.
Lanjut Sri, pemerintah dalam hal ini Dinkes kota, tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam upaya pemberantasan penyakit ini.
Semangat ini, harus tetap dijaga. Tentu program yang dijalankan harus berkesinambung untuk menjadi lebih baik.
Zaman semakin maju, tentu mahasiswa sebagai mitra pemerintah harus sama-sama bekerja mengedukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memeberantas penyakit malaria dan DBD.
Selain itu, kata Sri, yang harus dilakukan adalah monitoring secara konsisten di lapangan, berhubungan dengan lokasi bertelur atau (Breeding Place) dan tempat peristirahatannya (resting place) dan kondisi lingkungan.
‘’3 M plus sudah sudah saatnya dilakukan. Edukasi masyarakat yang dilakukan secara konsisten dan perlu juga diikuti dengan perbaikan manajemen lingkungan dan sanitasi yang baik,’’ ajak Sri.
Diharapakan dengan adanya dialog ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan bagi seluruh mahasiswa supaya sama-sama menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat.
Bila program-program dilakukan secara berkesinambungan, serta didukung oleh semua pihak termasuk peran aktif masyarakat, mahasiswa, niscaya NTT bisa bebas dari belenggu Malaria dan DBD.
Ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat NTT pada umumnya, Kota Kupang khususnya akan bebas Malaria dan DBD.
Kegiatan ini berlangsung aman dan tertib. Semua peserta tampak serius, aktif berpartisipasi dalam dialog. (*)