Peringati Hari Malaria Sedunia, JMK3 Gelar Dialog Ilmiah Bahas DBD dan Malaria di Kota Kupang
Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Kesehatan Kota Kupang (JMK3) mengadakan dialog ilmiah, Sabtu (29/4/2017).
Laporan Gordi Donofan, Jurnalis Jaringan Mahasiswa Kesehatan Kota Kupang (JMK3)
POS KUPANG. COM, KUPANG - Dalam rangka memperingati hari malaria sedunia pada setiap tanggal 25 April, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Kesehatan Kota Kupang (JMK3) mengadakan dialog ilmiah.
Kegiatan ini berlangsung di Aula Bapelkes Kupang, Jln. Farmasi, Sabtu (29/4/2017).
Mengusung tema, Membangun Flobamorata Sehat dalam Gagasan Penanggulangan DBD dan Malaria, dialog ini menghadirkan narasumber tunggal dari Dinkes Kota Kupang, Ibu Sri Wahyuningsih, S.KM.,M.Kes.
Dialog dipandu (moderator) senior JMK3, Gordi Donofan, S.KM dan diikuti 250 peserta.
Peserta tersebut terdiri dari mahasiswa sekolah tinggi kesehatan di seluruh Kota Kupang.
Ketua Umum Jmk3, Yoan Niron, dalam sambutan singkatnya, mengatakan, kejadian DBD dan Malaria di Nusa Tenggara Timur (NTT) setiap tahun selalu meningkat.
Pada tahun 2015, katanya, terdapat 279 ribuan kasus, atau sekitar 7 kasus per 1.000 orang.
Pada level kabupaten, Lembata salah satu kabupaten tertinggi penyumbang kasus malaria.
Sedangkan Kota Kupang, memang menurun tapi perlu waspada dan tetap mengantisipasi.
“Setiap tanggal 25 April, masyarakat dunia merayakan hari malaria. Hari malaria bertujuan untuk menggugah semua kita untuk berkomitmen dalam memberantas penyakit malaria," kata Yoan Niron.
"Begitu juga DBD, kasus yang terbaru di Kota Kupang yaitu 39 kasus terjadi pada Januari hingga April 2017 dan satu orang meninggal. Maka dari itu, kami dari JMK3 berinisiatif untuk mengadakan kegiatan ilmiah ini dengan melibatkan sedikitnya 250 orang mahasiswa dari sekolah tinggi kesehatan di Kota Kupang,’’ ujar Niron
Lanjut, Yoan, dialog ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, gagasan, serta upaya-upaya yang harus dilakukan dalam upaya mendukung pemerintah Kota Kupang dalam mengurangi dan memberantas malaria dan DBD.
Sebagai mahasiswa kesehatan, tentunya harus memiliki tingkat kepekaan soal masalah ini. Ini juga demi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus berjuang melawan penyakit pembunuh ini.
"Kita sebagai mahasiswa harus menyampaikan pesan dialog ini ke tengah-tengah masyarakat. Ini juga demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Kupang yang setinggi-tingginya," kata Yoan Niron.
Sementara itu, perwakilan Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyunigsih, S.KM, M.Kes, dalam materinya, tentang situasi terkini kasus malaria dan DBD, menjelaskan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan daerah lainnya merupakan daerah endemis Malaria dan DBD. Ini artinya setiap tahunnya selalu ada kasus yang terjadi.
Di Indonesia, Kemenkes melaporkan, kasus malaria tertinggi di Kawasan Indonesia Timur, yaitu Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan Maluku Barat. Dan sekitar 12 juta pendduduk masih berkutat dengan malaria.
Berdasarkan data dari Dinkes NTT, sepuluh tahun terakhir, insiden malaria sudah turun sebesar 70%, tapi penyakit ini masih menduduki 10 besar kasus di fasilitas kesehatan di NTT.
“Malaria, DBD, dan PTM (Penyakit Tidak Menular), sudah masuk 10 penyakit terbesar di Kota Kupang, maka dari itu mari kita mendukung dalam proses pemberantasan jentik nyamuk, fongging focus, pembagian Abate, serta pembagian kelambu anti malaria kepada masyarakat,’’ ungkap kepala bidang Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit ini.
Lanjut Sri, pemerintah dalam hal ini Dinkes kota, tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam upaya pemberantasan penyakit ini.
Semangat ini, harus tetap dijaga. Tentu program yang dijalankan harus berkesinambung untuk menjadi lebih baik.
Zaman semakin maju, tentu mahasiswa sebagai mitra pemerintah harus sama-sama bekerja mengedukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memeberantas penyakit malaria dan DBD.
Selain itu, kata Sri, yang harus dilakukan adalah monitoring secara konsisten di lapangan, berhubungan dengan lokasi bertelur atau (Breeding Place) dan tempat peristirahatannya (resting place) dan kondisi lingkungan.
‘’3 M plus sudah sudah saatnya dilakukan. Edukasi masyarakat yang dilakukan secara konsisten dan perlu juga diikuti dengan perbaikan manajemen lingkungan dan sanitasi yang baik,’’ ajak Sri.
Diharapakan dengan adanya dialog ini dapat memberikan pemahaman dan wawasan bagi seluruh mahasiswa supaya sama-sama menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat.
Bila program-program dilakukan secara berkesinambungan, serta didukung oleh semua pihak termasuk peran aktif masyarakat, mahasiswa, niscaya NTT bisa bebas dari belenggu Malaria dan DBD.
Ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat NTT pada umumnya, Kota Kupang khususnya akan bebas Malaria dan DBD.
Kegiatan ini berlangsung aman dan tertib. Semua peserta tampak serius, aktif berpartisipasi dalam dialog. (*)