Antara Coach Olahraga dan Chef, Berikut Ini Letak Perbedaannya
Jika demikian maka seorang coach harus memiliki ilmu dan metode melatih dengan pendekatan dan penerapan Ilmu
Oleh: Johni Lumba
Dosen UKAW Kupang
POS KUPANG.COM - Coach (pelatih) adalah orang yang membina atau melatih sekelompok atlet demi meningkatkan peningkatan prestasi pada salah satu cabang olahraga. Coach yang baik harus memiliki etika, kode etik yang baik dengan menempatkan hak dan kebutuhan para atlet lebih dahulu daripada kebutuhan diri sendiri. Karena kepemimpinan seorang pelatih merupakan suatu modal atau kekuatan besar dalam membentuk kehidupan atau keperibadian para atlet yang diasuh.
Jika demikian maka seorang coach harus memiliki ilmu dan metode melatih dengan pendekatan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Keolahragaan yang ilmiah dan modern. Mengapa demikian, karena prestasi seorang atlet sangat ditentukan kualitas seorang coach ketika program yang telah dirancang dilaksanakan sesuai dengan tingkat usia dan karakteristik cabang olahraga yang dibina.
Untuk tahap sekarang ini, seorang atlet keberhasilannya bukan ditentukan bakat sejak lahir, akan tetapi prestasi para atlet dibuat oleh coach dengan menggunakan ilmu dan metode melatih yang ilmiah.
Berbagai disiplin ilmu yang mendukung seorang coach untuk membuat atlet meraih prestasi di antarannya: 1) ilmu urai/anatomi, 2) ilmu faal/physiology, 3) biomekanika, 4) statistic, 5) ilmu gizi, 6) psikologi, 7) tes dan pengukuran, 8) sosiologi, 9) ilmu gerak/motorik. Selain itu proses latihan harus dilaksanakan berjenjang, berkelanjutan, dan harus dilakukan secara berulang untuk meningkatkan prestasi atlet.
Seorang coach harus memperhatikan sejumlah hal yang perlu diterapkan dalam proses pelatihan seperti: 1) latihan olahraga dan peraturannya, 2) prinsip-prinsip latihan, 3) metode-metode latihan, 4) recovery/pemulihan, 5) beban latihan, 6) latihan fisik, 7) latihan teknik, 8) latihan taktik, 9) latihan pembentukan dan pematangan mental, 10) planning/perencanaan. Jika semuanya ini diramu secara baik dan benar oleh seorang coach maka, coach tersebut tidaklah berbeda dengan seorang koki atau yang lebih dikenal sebagai Chef.
Koki atau juru masak adalah orang yang menyiapkan makanan untuk disantap. Istilah ini terkadang merujuk pada chef, walaupun kedua istilah ini secara profesional tidak dapat disamakan. Istilah koki dalam sebuah restoran atau dapur makan, biasanya merujuk pada orang dengan sedikit atau tanpa pengaruh kreatif terhadap menu dan memiliki sedikit atau tanpa pengaruh apapun terhadap dapur.
Mereka biasanya semua anggota dapur yang berada dibawah chef (kepala koki). Seorang chef tentu memiliki kemampuan lebih dari seorang koki, sehingga ia ditempatkan sebagai seorang kepala bagi para koki.
Jika seorang chef dikatakan sebagai seorang coach olahraga maka, sudah tentu chef tersebut harus paham dan mengerti benar bagaimana maramu sebuah menu makanan (program latihan) yang berisi menu-menu makanan (latihan) setiap hari, apakah latihan dilaksanakan pada pagi hari, siang hari, sore hari ataupun malam hari.
Demikian juga menu makanan (latihan) apakah akan diberikan kepada seorang anak kecil, remaja atau dewasa, tidaklah mungkin sama. Seorang chef harus
memprogramkan menu makanan (latihan) dengan campuran bumbu yang membuat hidangan tersebut menjadi nikmat, enak dan lezat bagi orang yang akan memakannya (merasakan dalam latihan), sehingga memberikan sebuah perubahan.
Coach atau Chef yang baik dan benar adalah mereka yang mempunyai kemampuan lebih dalam meramu menu makanan (latihan) sehingga suguhan kepada para atlet dapat dinikmati, dan tentunya mampu memberikan sebuah perubahan baik itu fisik, teknik, taknik dan mental yang prima.
Ramuan menu makanan (latihan) yang diberikan oleh seorang coach atau chef harus diberikan sesuai tingkat usia. Jika seorang coach melaksanakan latihan untuk kategori U-12, U-14, U-17, U-19, U-21, U-23 dan senior tentu menunya harus dibedakan. Tidak diperbolehkan sama dalam penerapannya, apalagi dalam proses latihan fisik, menu latihan yang disiapkan oleh seorang coach/chef harus benar-benar menerapkan prinsip individualistik sebab setiap orang berbeda kemampuan dan kualitasnya.
Ketika seorang coach akan melakukan latihan teknik, metode penerapannya pun harus dibedakan, semuanya ini tidak berbeda dengan ketika seorang chef ketika akan menyiapkan menu makanan yang tepat untuk pagi hari, siang hari ataupun malam hari, tentu akan berbeda. Menu latihannyapun harus dilaksanakan bervariasi sehingga tidak menjenuhkan. Jika kreativitas dalam meramu menu latihannya tidak bervariasi maka, sudah dapat dipastikan bahwa pelan atau cepat tingkat kebosanan dari para atlet akan nampak dalam proses pelatihan yang dilakukan.
Chef yang baik akan memberikan contoh yang benar kepada para koki-kokinya untuk memilih menu, meramu dan selanjutnya menu-menu tersebut dibuat dengan tingkat keahlian dan kemampuannya menjadi masakan yang lezat dan nikmat dimakan.
Demikian halnya seorang coach yang jenius, ia akan mampu membuat program latihan baik itu tahunan, bulanan, mingguan dan harian menjadi sebuah kekuatan untuk mencapai tujuan yang akan diharapkan yaitu atlet tersebut berprestasi. Sehingga wajar jika ada coach atau chef yang tidak mampu menciptakan masakan (menu latihan) yang enak bagi pembeli (atlet) mereka langsung di pecat oleh pemilik restoran atau klub/sasana, perguruan dan dojo.