Mantan Pekerja Seks ini yang Dirikan Penampungan untuk Eks Pelacur
Usianya baru 22 tahun ketika Carmen Munoz menginjakkan kaki di Mexico City, Meksiko, puluhan tahun lalu.
Dengan dukungan dari beberapa artis terkenal, tetangga dari Merced, dan rekannya sesama pekerja seks, ia akhirnya berhasil.
Pemerintah kota memberi sebuah gedung tua dan besar dari abad ke-18 yang letaknya hanya beberapa blok dari Plaza Loreto.
"Ini adalah pengalaman yang luar biasa," kata Munoz.
Mereka menamakan tempat penampungan itu Casa Xochiquetzal, yang diambil dari nama dewi Aztec, yang merupakan dewi kecantikan dan lambang kekuatan seksual.
Selain mengajarkan keterampilan baru kepada para perempuan lanjut usia itu, Casa Xochiquetzal juga menjadi tempat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
Di sana para mantan pekerja seks itu menjalani kursus kepercayaan diri, pengecekan kesehatan, dan konseling.
Aguilar adalah salah satu penghuni di tempat itu. Puluhan tahun lalu, dia adalah seorang pekerja seks serabutan karena harus menyekolahkan ketiga anaknya.
Namun, ketika salah seorang putrinya meninggal karena leukemia, ia mengalami depresi berat.
Dia tidak bisa bekerja dan diusir dari rumah kontrakannya karena tidak mampu membayar sewa.
Pada saat itu, panti Casa Xochiquetzal menyelamatkannya, dan kini ia mempunyai penghasilan dengan menjual perhiasan di pasar terdekat.
"Panti ini telah mengajarkan saya bahwa hidup saya sangat berharga, bahwa saya bermartabat seperti halnya perempuan lain," kata dia.
"Sekarang saya mengatakan bahwa seorang perempuan bisa kehilangan kehormatannya, tetapi tidak dengan martabatnya."
Satu-satunya kesedihan dia adalah anak-anaknya tidak mau lagi berbicara dengannya.
Saat ini, ada 25 perempuan lanjut usia atau tunawisma lainnya yang tinggal di Casa Xochiquetzal. Usia mereka antara 55 tahun sampai pertengahan 80-an tahun.
Meskipun banyak yang sudah pensiun, beberapa di antara mereka masih bekerja di jalanan.
Selama 11 tahun terakhir, lebih dari 250 pekerja seks diberikan tempat tinggal di tempat tersebut.
"Kami layak mendapatkan tempat untuk kita menghabiskan hari-hari terakhir kehidupan kita dengan martabat dan ketenangan," kata Munoz. (BBC Indonesia/Kompas.com)