Pentingnya Pendampingan bagi Peternak

Kasus kematian ternak sapi kembali terjadi wilayah NTT. Berita teranyar terjadi di Kecamatan Amarasi Timur

Editor: Dion DB Putra
istimewa
ilustrasi 

POS KUPANG.COM - Kasus kematian ternak sapi kembali terjadi wilayah NTT. Berita teranyar terjadi di Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. Dilaporkan bahwa selama bulan Januari 2017, terjadi lebih dari 70 ekor sapi mati.

Penyebab kematian masih simpang siur. Menurut kesaksian warga di lokasi, sapi-sapi itu umumnya mati setelah keluar lendir dari mulut dan hidungnya. Ada juga yang menceret. Menurut analisa mereka sebagai awam, kematian sapi-sapi itu disebabkan perubahan cuaca: dari hujan tiba-tiba panas dan sebaliknya.

Menurut perkiraan sementara dari Kadis Peternakan Kabupaten Kupang, Obed Laha, sapi-sapi itu mati karena terserang penyakit ngorok sebab sebelum mati sapi-sapi itu mengorok selama beberapa jam.

Kita semua tentu tidak menginginkan terjadinya musibah ini, apalagi para peternak sapi. Namun, yang namanya makhluk hidup selalu berpeluang untuk menderita sakit sebagai akibat interaksinya dengan alam yang terus berubah. Semua makhluk hidup suka atau tidak suka tunduk di bawah hukum alam: hanya yang bisa menyesuaikan diri yang bertahan.

Manusia, dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, coba membantu makhluk hidup, terutama hewan-hewan piaraannya, agar terhindar dari penyakit dan kematian. Selain pengobatan, manusia merawat hewan-hewan, termasuk memberi vaksin agar kebal (imun) terhadap serangan penyakit.

Berbagai upaya tersebut sudah terbukti banyak membantu. Karena itu, lembaga-lembaga yang berkompeten sudah punya prosedur tetap untuk pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit tersebut. Pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan.

Namun, dari keterangan warga di lapangan dan instansi yang berkompeten, dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, kita mendapat kesan adanya saling mempersalahkan di antara mereka. Masyarakat menuding pemerintah tidak melakukan pendampingan, termasuk memberikan vaksin terhadap ternak- ternak mereka. Pemerintah sebaliknya mempersalahkan para peternak karena tidak memberikan ternaknya ketika hendak diberi vaksin.

Sikap seperti ini bukan hal baru di masyarakat kita. Sudah dari dulu. Tetapi, dari dulu juga kita tahu, ketika kita berkutat pada sikap seperti ini, maka tidak ada solusi yang kita temukan. Kita hanya sampai pada saling mempersalahkan, selesai.

Saran dari Camat Amarasi Timur justru menarik. Menurut dia, para peternak di sana membutuhkan pendampingan agar ternak-ternak mereka terhindar dari serangan penyakit. Yang namanya pendampingan berarti petugas harus hadir bersama para peternak, melihat dan merasakan persoalan para peternak. Pendamping juga memberikan pencerahan kepada para peternak sehingga tidak akan ada penolakan ketika petugas hendak memberikan vaksin. Pendampingan juga berarti memberikan contoh langsung kepada peternak cara beternak yang baik dan benar.

Untuk itu, pemerintah, dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, perlu menempatkan sebanyak mungkin PPL di tengah para peternak. Tidak usah tanggung-tanggung karena sektor peternakan adalah salah satu sektor andalan kita, apalagi jumlah populasi sapi di tengah masyarakat terbukti cukup banyak. Ternak- ternak itu telah lama menjadi tumpuan sosial dan ekonomi masyarakat.

Justru karena besarnya populasi ternak ini, maka pemerintah DKI Jakarta berani meneken kontrak kerja sama dengan Pemerintah NTT, termasuk dengan Kabupaten Kupang, untuk secara teratur mensuplai daging sapi ke Jakarta. Kalau sapi-sapi ini mati, apa lagi yang akan kita suplai?*

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved