Dekan Kedokteran Hewan Undana Ingatkan Cepat Ambil Sampel Sapi yang Mati Mendadak
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. drh. Maxs UE Sanam, M.Sc mengatakan, secara teknis penyebab kematian pul
POS KUPANG.COM, KUPANG -- Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. drh. Maxs UE Sanam, M.Sc mengatakan, secara teknis penyebab kematian puluhan ternak sapi di Amarasi Timur itu diduga karena sistem pengendalian dan pemantauan yang tidak jalan.
Proses vaksinasi terhadap ternak sapi bisa saja tidak jalan maksimal, apalagi fasilitas penunjang tidak memadai. Untuk itu, tegas Maxs, langkah yang mestinya diperhatikan pemerintah agar kematian ternak sapi tidak berlanjut yaitu vaksinasi secara rutin.
"Harus ada dokter hewan di kabupaten/kota, sehingga bisa mengatur pengendalian dan pemantauan ternak sapi. Urus sapi itu tidak hanya sekadar suntik lalu selesai. Ibarat manusia yang sakit, proses perawatannya rutin dan tersistem. Kalau pemantauannya hanya satu dua kali, apalagi fasilitas penunjang yang minim, tidak heran kalau ternak sapi mati dari tahun ke tahun tetap saja terjadi," tegas Maxs.
Terkait kematian sapi di Amarasi, Maxs menganjurkan supaya tim khusus segera turun mengambil sampel darah. Setelah mengambil sampel darah melakukan studi epimologis lalu diambil keputusan apakah divaksinasi atau dimusnahkan sehingga tidak menyebar ke ternak lainnya yang masih sehat.
"Sampel harus cepat diambil. Biasanya tidak boleh lebih dari 12 jam pasca kematian ternak itu. Kalau lebih cepat lebih baik lagi sehingga bisa deteksi penyebabnya. Kalau tidak bisa, maka dilakukan bedah bangkai (otopsi) lalu diagnosa patologi anatomis untuk isolasi bakteri/virus," saran Maxs.
Ia mengatakan, kalau penyebabnya antrax agak lama waktunya sapi mati lalu dideteksi masih bisa diketahui. Namun, kalau virus lain akan sangat sulit. "Makanya saya sarankan jangan sampai lebih dari 12 jam pasca kematian sapi untuk ambil sampel. Langkah paling terakhir lacak DNA. Usul saja pemberian vaksin itu harus rutin dan kontrol terus menerus," ujarnya.
Putuskan Mata Rantai
"Saya sempat kaget setelah membaca di media tadi pagi terkait matinya 70 ekor ternak sapi di Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan Kabupaten Kupang jangan tunggu laporan, tetapi harus segera turun ke lokasi untuk ambil tindakan."
Hal ini disampaikan Ketua Komisi II DPRD NTT, Ir. Yucundianus Lepa, M.Si, saat ditemui Pos Kupang, Senin (30/1/2017). Yucun menyatakan, DPRD NTT minta pemerintah segera turun ke lokasi dan identifikasi penyebab kematian puluhan ternak sapi tersebut. Jika ada penyakit yang berpotensi menular ke ternak lain, tegas Yucun, harus diupayakan memutuskan mata rantai penyakitnya.
"Kematian cukup banyak, sehingga perlu diidentifikasi. Apakah penyebabnya karena virus, bakteri, ataukah ada penyebab lain. Ini harus jelas disampaikan agar masyarakat tahu penyebab kematian ternak mereka," kata Yucun.
Apabila teridentifikasi karena penyakit, demikian Yucun, maka ternak sapi yang masih hidup segera dikarantinakan, selain ternak lainnya segera divaksin. "Harus ada upaya pemutusan mata rantai penyakit agar tidak menyebar atau menular ke ternak lain atau ke wilayah lain," kata Yucun. (yon/yel)