Jalan Sabuk Perbatasan RI-RDTL Amblas 40 Meter Akses ke Ibukota Kecamatan Tasifeto Putus

Amblasnya ruas jalan yang dibangun menggunakan dana APBN senilai ratusan miliar rupiah, ini terjadi setelah wilayah itu diguyur hujan

Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG/ EDY BAU
POS KUPANG/ EDY BAU LONGSOR -Warga RT 24/RW 4, Kelurahan Fatubenao B, Kecamatan Kota Atambua, Marsel Basu dan isterinya berdiri di bibir jurang akibat longsor yang tinggal semeter dari rumahnya, Jumat (27/1/2017). 

"Tahun lalu masih sekitar empat meter tapi tadi pagi sekitar pukul 04.00 Wita, longsong lagi dan sekarang tinggal satu meter saja," katanya.

Marsel merasa tidak ada kepedulian dari pemerintah lantaran sudah disampaikan berkali-kali melalui berbagai forum, termasuk pengaduan resmi ke pemerintah setempat, namun belum ada penanganan apapun.

"Kalau mau bilang kecewa, jelas kecewa. Ini sudah sejak tahun 2012 tapi tidak pernah ada tanggapan. Kami merasa seperti pemerintah tidak peduli dengan nasib kami," katanya.
Menurutnya, pada awal tahun 2016 lalu, terjadi longsor yang sama dan setelah ada pemberitaan di media massa, ada salah satu kontraktor yang melakukan aktivitas pengerukan di Kali Talau, namun kemudian terhenti tanpa diketahui sebabnya.

"Tahun lalu sempat ada yang keruk kali, tapi hanya beberapa hari saja, sudah berhenti. Katanya ada masalah tapi kami tidak tahu persis. Kami minta ini segera ditangani," pintanya.

Selaian itu di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Desa Silawan, juga terkena dampak dari hujan deras yang mengguyur selama sepekan terakhir. Tembok penahan pada sisi kali dari bagian Indonesia ambruk tergerus banjir.

Menurut Kepala Desa Silawan, Ferdi Mones, ambruknya sisi tembok penahan itu karena arus banjir yang kuat dan longsor. Dikatakannya, jika kondisi itu tidak segera ditangani, maka pagar tembok akan ambruk dan terbawa banjir menuju laut. (roy)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved