Jalan Sabuk Perbatasan RI-RDTL Amblas 40 Meter Akses ke Ibukota Kecamatan Tasifeto Putus
Amblasnya ruas jalan yang dibangun menggunakan dana APBN senilai ratusan miliar rupiah, ini terjadi setelah wilayah itu diguyur hujan
POS KUPANG.COM, ATAMBUA- Jalan raya Sabuk Merah perbatasan RI-RDTL yang dibangun tahun 2015 amblas. Lokasinya persis di Dusun Asulait, Desa Sarabau, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Jumat (27/1/2017).
Amblasnya ruas jalan yang dibangun menggunakan dana APBN senilai ratusan miliar rupiah, ini terjadi setelah wilayah itu diguyur hujan sepekan terakhir.
Pantauan Pos Kupang di lokasi, Minggu (29/1/2017), ruas jalan yang amblas ini sepanjang kurang lebih 40 meter. Terdapat longsor yang menyebabkab permukaan tanah menurun dengan kedalaman hampir lima meter. Akibatnya, akses jalan dari arah Sadi dan Dusun Asulait menuju Wedomu, Ibukota Kecamatan Tastim putus total.
Selain titik ini, ada dua titik lainnya di Dusun Oeleu, Desa Sarabau juga putus dan satu titik lainnya nyaris amblas dan putus. Ruas jalan yang putus serta titik-titik yang rawan longsor sudah dipasangi garis polisi.
Beberapa warga dari Dusun Asulait yang akan menuju Wedomu terpaksa harus berjalan kaki membawa barang-barangnya melintasi tanah longsor itu. Mobil ataupun sepeda motor tidak bisa melewati ruas jalan ini, karena jurang yang dalam.
Petrus Mau Koi, salah seorang warga yang melintas mengatakan, karena jalan putus ini, dirinya dan keluarga harus berjalan kaki membawa barang-barang dari Asulait menuju Sarabau. Dirinya berharap, segera ada penanganan agar arus transportasi bisa kembali lancar.
"Kalau begini terus, sangat kesulitan.Mau ke kantor camat harus putar lagi ke Atambua baru balik kembali," ujarnya.
Kepala Desa Sarabau, Belmindo Roberto Rinmalae yang ditemui di TKP, Minggu (29/1/2017) mengatakan, ruas jalan itu amblas pada Jumat (27/1/2017), namun dirinya baru mengetahuinya setelah diberitahu kepala dusunnya melalui sambungan telepon. Setelah mendapat informasi, lanjutnya, dia langsung memberi tahu Camat Tastim.
"Besok baru kami laporkan bencana ini ke bupati untuk diketahui," kata Rinmalae.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Jalan Sabuk Merah perbatasan, Edwin yang bersama rombongannya meninjau ruas jalan ini enggan berkomentar. Sambil berusaha menjauh dan menuju mobilnya, Edwin mengatakan, saat itu bukan saat yang tepat untuk dirinya berbicara karena masih harus memantau titik-titik lainnya. (roy)
Semeter Lagi
Longsor juga kini mengintai puluhan rumah warga RT 24/RW 4, Kelurahan Fatubenao B, Kecamatan Kota Atambua yang tinggal di bantaran Kali Talau. Mereka resah melihat longsor yang semakin mendekati rumahnya.
Pasalnya, saat ini jurang dalam akibat pengikisan Kali Talau semakin mendekati perumahan warga. Marsel Basu adalah salah satu warga yang paling gelisah akibat longsor ini. Luas tanah miliknya yang dulu berjarak puluhan meter dari bibir kali, kini tinggal satu meter lantaran terjadi pengikisan dan tidak tertangani dengan baik.
Kepada wartawan Jumat (27/1/2017), Marsel didampingi isterinya mengatakan, sejak dua hari berturut-turut hujan melanda Kota Atambua dan sekitarnya, mereka tidak bisa tidur lantaran khawatir longsor membawa rumah mereka.
"Malam kami tidak bisa tidur lagi kalau hujan takut longsor. Kami rencana mau bongkar rumah dan pindahkan barang-barang sebelum longsor," ujarnya.
Dikatakan Marsel, pada Jumat (27/1/2017) subuh sekitar pukul 04.00 Wita, rumpun bambu yang setahun terakhir menahan rumah dari longsor dan jurang sedalam lebih dari 10 meter, ambruk dan terbawa banjir.