Di Uni Soviet : "Jika Perempuan, Bayi di Rahim Ini Harus Digugurkan"

Wajah perempuan hamil itu terlihat pucat. Suaranya pun terdengar tercekat. Beban berat tergambar jelas di wajahnya.

Editor: Rosalina Woso
KAREN MINASYAN/AFP --
Garik Hayrapetyan, perwakilan lembaga PBB Population Fund (UNFPA) untuk Armenia berbicara dalam wawancara dengan AFP di Yerevan, 28 Desember 2016 lalu. 

POS KUPANG.COM, YEREVAN -- Wajah perempuan hamil itu terlihat pucat. Suaranya pun terdengar tercekat. Beban berat tergambar jelas di wajahnya.

Ani Kirakosyan harus menjalani pemeriksaan ultrasonografi demi mengetahui jenis kelamin janin yang berkembang di rahimnya.

Ketakutan ibu dua anak berusia 27 tahun yang tinggal di Ibu Kota Armenia, Yerevan itu bukan tanpa alasan.

"Jika perempuan, bayi di rahim ini harus digugurkan," kata dia.

Di negara bekas wilayah Uni Soviet itu, keluarga secara tradisional sangat mendambakan anak laki-laki.

Dampaknya, wanita kerap mengalami tekanan, hingga harus melakukan aborsi jika bayi yang mereka kandung adalah perempuan.

"Sanak keluarga datang menghibur ketika dulu saya melahirkan akan pertama perempuan,": ujar Kirakosyan lirih.

"Lalu, ketika anak kedua juga perempuan, mertua saya bilang, 'tidak boleh lagi ada anak perempuan'," kata Kirakosyan lagi.

"Saya harus memastikan bahwa saya bisa memberikan bayi laki-laki untuk suami," sambungnya.

Berdasarkan data yang dirilis AFP, negara dengan populasi tiga juta orang tersebut menduduki posisi ketiga di dunia untuk angka aborsi janin perempuan.

Angka itu meningkat tajam setelah Armenia melepaskan diri dari Uni Soviet.

Lembaga PBB untuk persoalan populasi di dunia (UNFPA) mencatat, aborsi seks-diskriminatif menjadi lebih umum kepada anak kedua dan berikutnya.

Angka itu mencapai sekitar 1.400 janin perempuan yang digugurkan.

"Dalam 10-20 tahun, kita akan mengalami kekurangan perempuan, yang dikombinasi dengan kondisi penurunan tingkat kesuburan. Hal itu akan menimbulkan krisis demografi."

Demikian dipaparkan Garik Hayrapetyan, perwakilan UNFPA untuk Armenia dalam wawancara dengan kantor berita AFP.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved