Berita Timor Rote Sabu
Keluar-masuk Kebun Warga Belu Ternyata Medah Punya Empat Target Ini
Bukan saja jaraknya yang cukup jauh sekitar 45 kilometer tetapi jalanan yang belum beraspal, bergelombang, berdebu
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Dion DB Putra

Laporan wartawan Pos Kupang, Edy Bau
POS KUPANG.COM, ATAMBUA -- Perjalanan bersama Anggota DPD RI, Ibrahim Agustinus Medah menuju Kebun milik Kelompok tani Haekase di Desa Renrua, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu, Kamis (25/8/2016), sungguh melelahkan.
Bukan saja jaraknya yang cukup jauh sekitar 45 kilometer tetapi jalanan yang belum beraspal, bergelombang, berdebu, menanjak dan menurun cukup memacu adrenalin sekaligus menguras tenaga. Sopir pun harus ekstra hati-hati agar mobil selamat dari benturan.
Mengunjungi desa ini, Medah tak sendirian, dia didampingi staf khususnya, Leba Tukan Laurensius, Ketua Golkar Belu, Jefri Nahak bersama sekretarisnya serta Ketua Fraksi Golkar DPRD Belu, Seran Paulus dam anggota, Benny Hale dan Theodorus Seran Tefa dengan menggunakan tiga unit mobil.
Setelah memakan waktu hampir dua jam, kami rombongan bersama Anggota DPD RI, Ibrahim Agustinus Medah tiba di desa pedalaman ini, desa yang tidak masuk kategori perbatasan, tapi desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Malaka.
perjalanan ke desa ini memang baru pertama kali, tapi tentu bukan pertamakalinya dilakukan Medah di daerah lain.
Medah yang juga Ketua Golkar NTT ini sudah biasa keluar masuk kebun warga di seluruh NTT hanya untuk mengembangkan ubi ungu. Yah, ubi ungu memang sedang menjadi primadona di Belu akhir-akhir ini dan yang mengembangkannya adalah Medah sendiri.
Kepada para petani di Desa Renrua, Kamis (25/8/2016), Medah secara detail menjelaskan bagaimana membudidayakan ubi ungu ini.
Diapun mengemukakan bahwa ada target yang mau dicapai dengan budidaya ubi ini yakni, pertama, Membantu masyarakat memenuhi ketahanan pangan. Kedua, Menjadikan ubi ungu sebagai bahan utama pakan ternak (babi, sapi, dan ayam).
Ketiga, Menjadikan ubi ungu sebagai bahan dasar lahirnya home industry di masyarakat dalam bentuk kripik, aneka kue, tepung dan sebagainya yang mudah dijual. "Keempat, Jika ketiga target diatas sudah terpenuhi dan masih tetap terjadi over produksi di masyarakat maka kita akan bertanggungjawab membeli seluruh hasil ubi ungu dari masyarakat karena kita sudah siapkan dengan pasarnya," ujarnya.
Dikatakannya, untuk membantu memandu masyarakat menjadikan ubi ungu ini mempunyai nilai uang, maka setiap bulan akan keluarkan brosur yang menjelaskan tentang bagaimana memanfaatkan ubi ungu. "Mari bersama kita kembangkan pertanian di NTT dengan salah satu komoditinya ubi ungu. Jika kita serius menekuni dunia pertanian di NTT maka akan memberikan dampak yang luas bagi kesejahteraan masyarakat dan mampu memberikan solusi untuk mengatasi berbagai persoalan," ujarnya. (*)