Biaya TdF Terlampau Besar
Untuk memaksimalkan manfaat event internasional ini, pemerintah daerah harus betul-betul menyiapkan warganya.
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Dana Rp 1,5 miliar tiap kabupaten di Flores untuk membiayai akomodasi dan konsumsi bagi 400 peserta lomba balap sepeda internasional yang melintasi Pulau Flores yang dikemas dalam bingkai Tour de Flores, 19-23 Mei 2016 mendatang, terlampau besar bagi Flores dan NTT yang masih miskin.
Namun pemerintah pusat telah membebankan keuangan daerah sebesar itu untuk menyukseskan kegiatan itu. Pemerintah pusat tidak mau tahu, pemerintah pusat tidak melihat lagi kemampuan keuangan daerah, tapi semua kabupaten yang akan dilintasi para pembalap sepeda wajib mengalokasikan dana Rp 1,5 miliar.
Jika para pembalap melintasi delapan kabupaten di daratan Flores minus Lembata, berarti delapan kabupaten ini harus menyiapkan dana Rp 12 miliar. Bagi sebuah daerah yang ekonominya masih morat-marit dan karut-marut, dana Rp 12 miliar ini bisa untuk membangun jalan membuka isolasi wilayah atau membangun jaringan air bersih yang cukup memadai.
Ironisnya, dana Rp 12 miliar itu hanya untuk akomodasi dan konsumsi bagi 400 pembalap sepeda internasional itu. Memang sasaran kita menjual potensi wisata, tapi patut dipertanyakan, namanya balap itu pesertanya berlomba-lomba mengayu sepeda dengan kecepatan tinggi. Konsentrasi mereka pada kecepatan bukan kenikmatan perjalanan, kenikmatan keindahan alam dan budaya masyarakat pada lintasan yang dilalui.
Jika tidak dikemas secara baik, jelas sasaran promosi pariwisata akan mubazir, karena balap berbeda dengan touring. Balap itu mengutamakan kecepatan, sedangkan touring mengutamakan keindahan lintasan yang dilalui.
Balap sepeda itu akan mengambil start dari Kota Larantuka dan finish di Labuhan Bajo, melintasi jarak tempuh 661,5 km. Pemerintah Kabupaten Flores Timur sebagai tuan rumah titik start telah mengalokasihkan dana Rp 1,5 miliar untuk biaya akomodasi dan konsumsi 400 peserta lomba balap sepeda internasional ini. Demikian juga pemerintah kabupaten lainnya, seperti Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat.
Balap internasional ini rencananya diikuti 200 pembalap internasional, 20 pembalap nasional dan 10 pembalap Provinsi NTT serta dari unsur lain.
Jika dicermati agendanya, Flotim dimungkinkan 'menjual' obyek wisata karena peserta berada di Larantuka selama 2 hari tiga malam. Demikian juga Manggarai Barat sebagai titik akhir. Kita ragukan manfaat Tour de Flores bagi warga di kabupaten yang hanjya menjadi tempat singgah. Daerah-daerah ini akan mendapat sedikit manfaat dari tour itu, karena hanya disinggahi beberapa waktu.
Untuk memaksimalkan manfaat event internasional ini, pemerintah daerah harus betul-betul menyiapkan warganya. Masyarakat perlu dikerahkan untuk memeriahkan, mempromosikan dan 'menjual' kerajinan, kuliner dan lain-lain kepada peserta balap sehingga ada manfaat langsung yang dirasakan. Jika TdF itu hanya menjadi gawenya pemerintah dan masyarakat hanya menjadi penonton, kita yakin event internasional itu mubazir.
Dengan demikian, sisa waktu ini perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pemerintah daerah di Flores menyiapkan masyarakat agar mampu menangkap peluang itu.*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/balap-sepeda1_20160413_182313.jpg)