Benediktus Habiskan 200 ribu Ikut Bajawa.

Ruas jalan dari Paanleleng Desa Paanleleng Kecamatan Kota Komba tujuan Wukir Kecamatan Elar Selatan

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/ROBERTUS ROPO
Benediktus Besi 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Robertus Ropo

POS KUPANG.COM, BORONG -- Ruas jalan dari Paanleleng Desa Paanleleng Kecamatan Kota Komba tujuan Wukir Kecamatan Elar Selatan Kabupaten Manggarai Timur (Matim) kini sangat memprihatinkan, aktifitas transportasi pun kini sudah lumpuh.

Lumpuhnya jalur transportasi itu, mengakibatkan sebagian warga Elar Selatan jika hendak ke Kota Borong harus melalui Kabupaten Ngada dengan biaya transportasi yang begitu mahal, Rp 200.000, seperti yang dialami oleh Benediktus Besi.

Benediktus Besi merupakan warga Lando desa Mosi Ngaran kecamatan Elar Selatan, ketika ditemui Pos Kupang di kampung Baru Kelurahan Kota Ndora Kecamatan Borong, Kamis (24/3/2016) pagi, mengisahkan, ia hendak ke Kota Borong, harus mengikuti Lindi desa Benteng Tawa kecamatan Riung Barat kabupaten Ngada.

Besi menjelaskan, untuk bisa dapat kendaraan ke Lindi ia harus menempuh sekitar 7 Kilometer (Km) dengan waktu 2 jam lamanya. Dia harus melewati perbukitan yang terjal dengan rimbuan hutan yang sangat lebat untuk menginap di kampung Lindi.

Besi mengaku ongkos transportasi dari Lindi ke Kota Bajawa sebesar 25 ribu dengan jarak tempuh sekitar 40 Km lebih, sementara dari Bejawa ke Borong dengan biaya sebesar 45 ribu rupiah dengan jarak tempuh 80 Km lebih, jika untuk biaya pergi pulang termasuk biaya makan dan minum sebesar Rp 200.000.

"Kalau saya ikut mobil Wukir ke Paanleleng hanya 50 ribu dengan jarak tempu hanya sekitar 70 Km lebih. Dibandingkan dengan ikut Bajawa dengan jarak sejauh 130 Km lebih dengan biaya transportasi begitu mahal, tetapi karena jalan rusak sekali, dan sekarang mobil tak bisa lewat lagi, maka biarpun jauh dengan biaya transportasi begitu mahal, saya lewat Bajawa saja untuk sampai di Borong", Kata Besi yang keseharian bekerja sebagai seorang petani ini.

Besi juga mengatakan, bahwa kendaraan angkutan umum mencoba mengikuti jalur Lando Nanga tujuan Rita Pada kemudian ke Lete, tetapi juga membutuhkan waktu satu hari satu malam.

"Ada satu mobil penumpang coba ikut jalur itu, Kemarin, Rabu (23/3/2016) sampai pagi ini, Kamis (24/3/2016) hari ini (Kemarin-Red) juga mobil masih dalam perjalanan karena jalan rusak berat. Kalau ikut Wukir tujuan Paanleleng sudah tidak bisa lagi, kendaraan tidak bisa lewat lagi karena rusak berat. Kami wilayah kecamatan Elar Selatan sangat terisolir, harga bensin saja 30 ribu ukuran 1,5 liter",ungkap Besi.

Besi juga meminta perhatian kepada pemerintah daerah kabupaten Matim, Pemerintah Propinsi NTT dan para anggota DPRD terlebih khusus kepada komisi yang bersangkutan. Dia berharap, penderitaan yang dialaminya bisa ada jalan solusi.

"Ini bagaimana, jalan jauh 70 KM lebih, tiap tahun bangun 1 Km, berarti harus butuh 70 tahun lebih lagi baru sampai di kampung kami. Sehingga kami tetap terisolir masih 70 tahun lamanya. Kasihan kami, kami ini bukan rakyat Indonesia kow", kata besi dengan nada terdengar gagap dan bergemetar. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved