Tour de Flores
Menyongsong Tour de Flores (1)
Dalam acara yang dihadiri Wakil Gubernur NTT, Ketua DPRD NTT, para Bupati dan para Ketua DPRD sedaratan Flores
Oleh Even Edomeko
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Disbudpar Sikka,
Tinggal di Maumere
POS KUPANG.COM - "Tour De Flores adalah event pariwisata berbasis olahraga (tourism based sport), yang menghadirkan kegiatan balap sepeda jalan raya bertaraf internasional di bawah regulasi Union Cycliste Internationale sebagai salah satu sarana untuk mengangkat pariwisata Flores ke pentas dunia," begitu paparan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, kala me-launching event Tour de Flores di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI Jakarta pada 28 Januari 2016 sore.
Dalam acara yang dihadiri Wakil Gubernur NTT, Ketua DPRD NTT, para Bupati dan para Ketua DPRD sedaratan Flores dan Lembata, para tokoh NTT di Jakarta serta awak berbagai massmedia, Menpar Arief Yahya juga menegaskan, "Pemerintah Pusat mendukung event ini menjadi kegiatan tahunan dan diharapkan pemda bekerja giat menyukseskan Tour de Flores dengan menyertakan partisipasi masyarakat."
Demi "menyertakan partisipasi masyarakat" itulah artikel ini ditulis, agar masyarakat, termasuk para pelaku pariwisata, memahami dengan benar dan komprehensif: latar belakang, tujuan, dan agenda kegiatan Tour de Flores (TdF) serta tantangannya, sehingga partisipasi bisa maksimal dan berkualitas.
Latar Belakang
Telah cukup lama pemkab sedaratan Flores dan Lembata menyadari perlunya membangun sektor pariwisata secara bersama-sama, dan mempromosikan pesona Pulau Flores dalam satu paket wisata yang utuh. Namun, sebagaimana halnya musyawarah membentuk Provinsi Flores, ide pengembangan sektor pariwisata Flores selalu terhenti di level wacana. Nasib serupa terjadi pada usaha oleh NGO SwissContact, lewat pendampingan DMO-DMO (Destination Management Organizations) dan beraneka kerja promotifnya.
Upaya terakhir adalah pertemuan para Bupati se-Flores-Lembata yang diprakarsai Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, pada 2014 di Maumere. Semua sepakat maju bersama, tapi belum sepakat memulai dari mana.
Pada September 2015, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar RI, Dadang Rizki Ratman, melontarkan ide, "Ayo kita bikin Tour de Flores." Ide yang terlontar saat konsultasi Ranperda RIPPARDA (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah) Kabupaten Sikka di Gedung Kemenpar itu kami tanggapi antusias, dengan saran: dilaksanakan oleh Kemenpar, minimal oleh Pemerintah Provinsi NTT.
Pada November 2015, Sekda NTT mengirim surat kepada semua Bupati se-Flores, berisikan informasi tentang akan diadakannya event Tour de Flores. Sayang, tanpa informasi lanjutan, sehingga pemkab tidak mengantisipasinya dalam APBD Kabupaten 2016.
Baru di ujung Desember 2015, datanglah dua utusan ALSEMAT (Alumni Seminari Mataloko), Robert Epedando dan Chery Nuwa, beraudiensi dengan para Bupati dan Ketua DPRD se-Flores, dan mewartakan tiga hal: pertama, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya (Kemenko MSD) RI meng-handle langsung TdF; kedua, ALSEMAT ditunjuk sebagai Event Organizer TdF; dan ketiga, awal Januari 2016 Tim UCI (Union Cycliste Internationale) bersama kementerian di bawah koordinasi Kemenko MSD akan melakukan survei rute TdF dan sarana/prasarana pendukung.
Pada 28 Januari 2016 pagi, terselenggaralah rapat koordinasi persiapan Tour de Flores di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya RI. Rapat dipimpin oleh Menko Rizal Ramli, didampingi Menpar Arief Yahya dan Ketua ALSEMAT Primus Dorimulu, dihadiri Wagub NTT, Ketua DPRD NTT, Kadis Parekraf NTT, para Bupati dan Ketua DPRD serta Kepala Dispar se-Flores dan Lembata, para utusan setiap kementerian lingkup Kemenko MSD, utusan Kapolri, Dirsatlantas Polda NTT, serta wakil UCI.
Kepada hadirin, Menko Rizal Ramli bertutur, "Setelah mengkaji apa sebabnya Indonesia punya banyak potensi wisata yang luar biasa, tersebar di mana-mana, tetapi tidak pernah menjadi yang terbaik di dunia, maka kami menemukan bahwa penyebabnya adalah kita tidak fokus." Karena itu, lanjut Rizal, Pemerintah lalu menetapkan 10 (sepuluh) destinasi wisata unggulan. Salah satunya adalah Labuan Bajo, dengan Flores Tourism Authority (FTA). TdF menjadi salah satu cara untuk mengembangkan potensi pariwisata Flores.
Pariwisata Flores yang demikian kaya akan wisata alam, baik di darat maupun di laut, pun wisata budaya yang kaya, namun belum digarap dengan baik. Rendahnya aktivitas pariwisata di Flores disebabkan oleh, antara lain, minimnya berbagai jenis infrastruktur. Maka, dibutuhkan kegiatan skala internasional untuk memacu pembangunan infrastruktur di wilayah ini. TdF diharapkan mampu mendorong pembangunan infrastruktur.
Di samping itu, kegiatan pariwisata memerlukan koordinasi aparat pemerintah setempat, koordinasi pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi rakyat. TdF akan mendorong koordinasi pemerintah dan partisipasi rakyat sedemikian guna memajukan pariwisata Flores.
Fakta saat ini, pariwisata terbukti menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Membangun ekonomi lokal dan mengangkat kesejahteraan rakyat menjadi kewajiban pemerintah setempat. TdF akan memicu datangnya wisatawan, di samping mendorong pemda dan masyarakat setempat merawat dan mengembangkan potensi wisatanya. Kemajuan pariwisata akan menarik kemajuan sektor lainnya. Karena itu, pemerintah setempat perlu memacu kemajuan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan yang menjadi mata pencarian masyarakat.
Dari sisi ekonomi, PDRB per kapita NTT tahun 2012 sebesar Rp 7,5 juta, sedang PDB per kapita Indonesia Rp 33,5 juta. Kontribusi pertanian terhadap PDRB NTT mencapai 35%. Perdagangan, hotel, dan restoran baru mengontribusi 18,24% terhadap PDB, dan jasa lainnya (transportasi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain) 26%. Maka sektor pariwisata perlu dikebut.