Terminal Baumata Sepi Angdes, Banyak Siswa Terlambat Masuk Sekolah
Sejak diresmikan tahun 2014 lalu, Terminal Baumata di Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang
Penulis: Julius Akoit | Editor: Rosalina Woso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Julius Akoit
POS KUPANG.COM, OELAMASI -- Sejak diresmikan tahun 2014 lalu, Terminal Baumata di Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, sepi tanpa ada angdes yang menggunakan fasilitas tersebut. Akibatnya masyarakat setempat kesulitan mencari angkutan ke kota Kupang maupun sebaliknya ke Baumata
"Kalau ada angdes, mereka cuma sampai di Baumata Barat, di kolam Baumata. Itu pun jarang. Padahal terminal berada di Desa Baumata Timur. Angdes lebih suka sampai di Pasar Penfui atau Kampus Undana Penfui," keluh Abia Lalu dan Yandri Lalus, warga Desa Baumata Timur, Rabu (10/2/2016) siang.
Abia Lalus menambahkan, ada Pasar Tradisional Baumata di halaman belakang Terminal Baumata. Sehingga angdes sering sampai terminal mengangkut manusia dan barang-barang jualan dari dan ke pasar. Namun sejak pasar dipindahkan ke Baumata Utara, angdes malas masuk ke Baumata Timur.
Keluhan senada juga disampaikan Petrus Tabelak dan Nimrod Lisnahan, dua warga Desa Kuaklalo, desa yang berbatasan dengan Baumata Timur.
"Anak-anak kami sering terlambat masuk sekolah karena tidak ada angkutan yang masuk sampai terminal. Padahal anak-anak bersekolah sampai Baumata Barat bahkab sampai Penfui," keluh Tabelak dan Lisnahan.
Dia menambahkan, untuk berangkat ke SMA Negeri 1 Taebenu yang berjarak 4 kilometer, ojek minta bayar Rp 5 ribu. Kalau ke Penfui, harus bayar 10 ribu. Kalau pakai angdes cuma bayar 2 ribu dan Rp 3 ribu sampai penfui. Kasihan anak-anak kami.
Novi Rassi, siswi kelas III SMU Negeri 1 Taebenu, mengatakan ia tinggal di Baunmata Timur. Jarak rumahnya ke sekolah 5 kilometer.
"Kalau pagi saya berangkat pakai ojek. Bayar Rp 3 ribu, sebab tidak ada angkutan. Nanti siang pulang saya jalan kaki. Tapi sekarang musim hujan, kadang ke sekolah basah karena naik ojek. Pulang pun basah karena jalan kaki," keluhnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Terminal Baumata, Yanres Babesi mengakui soal sikap kepala batu para sopir angdes masuk ke Terminal Baumata.
"Saya harus suruh anak buah operasi di depan Kampus Penfui, untuk minta setoran pajak. Sebab kalau tidak, kami tidak bisa dapat duit," kata Babesi.
Untuk membujuk para sopir sampai Terminal Baumata, pihaknya sengaja membujuk dengan menyiapkan air minum dan air untuk mencuci mobil.
"Saya bilang sama sopir-sopir, kalau mau cuci mobilnya yang kotor, silahkan ke Terminal Baumata, kami siapkan air gratis. Ada juga air mineral, kalau haus silahkan ambil. Itu semua gratis. Kami bujuk dengan cara ini supaya sopir-sopir bisa sampai ke terminal," jelas Babesi.
Ia menjelaskan ada 65 angdes dan mobil ojek yang melayani trayek Kupang - Terminal Baumata. Rata-rata per hari pajak terminal yang tertagih Rp 250 ribu sampai Rp 300.000.
"Kami biasa masuk Terminal Baumata di atas jam 10 pagi. Kalau pagi, kami cari uang dulu di kampus. Nanti siang, pasti kami ke terminal," jelas Anto, salah satu sopir angdes.
Pantauan Pos Kupang Rabu siang, halaman parkir Terminal Baumata di Desa Baumata Timur sepi tanpa kendaraan. Ruang tunggu terminal pun kosong melompong tanpa seorang penumpang pun. (*)