Breaking News

Imlek 2567

Perayaan Imlek Tahun 2016, Tahun Monyet Hadirkan Kesejahteraan

Perayaan Imlek atau Tahun Baru China 2567 yang jatuh pada tanggal 8 Februari 2016 diyakini oleh marga Tionghoa di Kota Kupang dan NTT umumnya sebagai

Editor: Alfred Dama
POS KUPANG / ENOLD AMARAYA
Suasana menyambut Hari Imlek atau Tahun Baru Cina, tampak Ibu Yuni Lay bersama karyawannya membersihkan ruangan doa (klenteng) di Jalan Soekarno, Kupang, Rabu (3/1/2016) File inf 

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Perayaan Imlek atau Tahun Baru China 2567 yang jatuh pada tanggal 8 Februari 2016 diyakini oleh marga Tionghoa di Kota Kupang dan NTT umumnya sebagai Tahun Monyet Api.

Monyet dipandang sebagai binatang pekerja keras, lincah dan pandai. Maka tahun 2016 ini diyakini akan mendatangkan kesejahteraan.

Demikian Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Niti Susanto kepada Pos Kupang di kantornya, Rabu (3/2/2016).

Niti mengatakan, Imlek berdasarkan perhitungan kalender Tionghoa. Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan Tionghoa, kata Niti, berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional.

Ucapan terima kasih terutama diberikan kepada mantan Presiden RI, Abdurahman Wahid atau Gus Dur dan Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri yang saat itu memberikan kesempatan kepada warga Tionghoa merayakan Imlek.

Niti mengatakan, Imlek sering dijadikan sebagai momen yang tepat untuk memprediksi nasib dan peruntungan di masa depan.

Untuk memprediksi kehidupan satu tahun mendatang, salah satu cara yang biasa dilakukan adalah menyimak ramalan Shio.

Tahun 2016 adalah tahun Monyet Api, sifat alami dari hewan menjadi lambang, pengaruh atas orang yang mempercayai dan meyakininya.

Kelincahan monyet membuat orang mengalami perkembangan yang cenderung fluktuatif dan cepat, secara fisik maupun mental. Pengaruh ini, demikian Niti, bukanlah halangan untuk dirisaukan.

Sebab, dalam tahun monyet, kehidupan berjalan secara alamiah, dan monyet adalah hewan oportunis dan andal dengan kecerdikan berpetualang. Karena itu, banyak peluang akan terbuka bagi individu yang cekatan saat mengerjakan sesuatu.

Namun, kata Niti, rata-rata warga Tionghoa di NTT dan Kota Kupang khususnya sudah beragama, yakni agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Dengan demikian mereka percaya lahir, hidup, mati, untung dan malang adalah rahasia Tuhan.

Walaupun demikian, kata dia, karena merupakan tradisi nenek moyang, Imlek tetap dirayakan saban tahun. Di situ warga Tionghoa berkumpul dan berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Mengenai mitos bahwa perayaan Imlek harus ditandai hujan lebat, angin kencang dan badai, Niti mengatakan, memang begitu adanya. Sebab, perhitungan kalender Tiongkok, Imlek terjadi tepat pada musim hujan.

Menurut dia, perhitungan itu boleh dikatakan tepat dan memang diyakini bahwa alam adalah Sang Pencipta. Kalau tidak hujan akan menandai kelaparan karena akan terjadi kekeringan.

Karena itu, diharapkan kalau setiap Tahun Baru China atau Imlek ada hujan, sehingga membawa kesuburan dan kesejahteraan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved