LIPSUS
Hanya Sapi dan Kuda yang Kenyang di Persawahan Oesao
Kuda dan sapi kenyang makan rumput di sawah, kami manusia yang lapar karena tidak menanam padi, karena tidak ada air.
Penulis: Julius Akoit | Editor: omdsmy_novemy_leo
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Tanam jagung, kacang hijau, kacang tanah, lombok dan aneka sayuran. Cuma itu satu-satunya solusi untuk keluar dari ancaman rawan pangan tahun ini.
SEMY Mahori (50) berdiri di depan kios cucurnya sambil memandang ke areal persawahan di depannya. Pematang dan petak sawah yang menghampar di depannya, sudah bersalin rupa menjadi hutan belukar dan padang penggembalaan.
Tampak puluhan ekor sapi dan kuda milik petani dan warga sekitar sedang merumput dengan leluasa. Ternak sapi dan kuda diikat pemiliknya di areal persawahan yang telah berubah menjadi padang rumput menghijau.
"Biasanya bulan Januari dan Februari, kami petani di Oesao sudah selesai menanam. Tapi sampai bulan Februari 2016 ini, kami belum menanam," kata Semy Mahori, saat ditemui di Oesao, Senin (1/2/2016) siang.
Jangankan menanam, membajak petak sawah, memperbaiki pematang dan menebar bibit padi untuk disemaikan belum sama sekali.
"Bagaimana bisa kerja sawah, kalau air tidak ada. Di Lolok (danau) dan bendungan sonde (tidak) ada air. Hujan seminggu turun dua kali. Itu pun cuma 30 menit lalu panas menyengat selama berhari-hari. Kalau sudah begitu, tentu tidak ada air," ujarnya.
Semy mengatakan, 'waktu menanam' sudah lewat. Karena itu ia merencanakan mengubah areal persawahannya untuk menanam jagung, kacang hijau dan aneka sayuran.
"Masih menunggu waktu yang pas. Tetangga sebelah sudah sewa traktor besar untuk balik tanah buat kebun jagung di sawahnya," kata Semy, seraya menunjuk satu traktor besar yang sedang membalik tanah sawah yang kering.
Konstandji Sambera, Ketua P3A di Areal Persawahan Dalam Kom, juga mengungkapkan kekhawatirannya.
"Kalau orang banyak khawatir bahwa tahun ini lapar, mungkin ada benarnya. Sebab sampai bulan ini, kami belum kerja sawah. Sawah hanya penuh rumput dan belukar karena ketiadaan air. Itu karena hujan tidak merata dan tidak sering. Jarang turun hujan. Itu pun dengan intensitas rendah," jelasnya.
Ia menyebut sedikitnya ada 500 hektar lahan sawah di Areal Persawahan Oesao dan Areal Dalam Kom. Jika tahun ini hujan masih sedikit, maka dipastikan petani tidak akan menanam padi.
"Saya lihat semua sudah balik tanah pakai traktor besar untuk ubah sawahnya jadi kebun jagung dan kebun sayur," kata Sambera.
Sekarang, lanjutnya, areal persawahan sudah jadi padang penggembalaan. Kuda, sapi dan kambing diikat di sawah untuk makan rumput. "Kuda dan sapi kenyang makan rumput di sawah, kami manusia yang lapar karena tidak menanam padi, karena tidak ada air. Harap air hujan turun, tapi sangat sedikit," keluhnya.
Kadis Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Kupang, Arnold Saubaki, meminta petani sawah untuk mengubah areal persawahan menjadi kebun palawija.
"Tanam jagung, kacang hijau, kacang tanah, lombok dan aneka sayuran. Cuma itu satu-satunya solusi untuk keluar dari ancaman rawan pangan tahun ini," kata Saubaki, kepada para wartawan seusai menghadiri penyerahan DPA Tahun 2016 bulan Januari lalu.