Tentang Nasib Guru Honorer
Hal ini terjadi karena posisi tawar guru honorer sangat kecil. Jangankan memiliki pengaruh
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Nasib guru honorer kini menjadi keprihatinan banyak orang. Tak hanya terjadi di Kota Kupang, tapi juga di daerah lain di Provinsi NTT, bahkan di seluruh Indonesia. Mengapa nasib para guru honorer menjadi keprihatinan, karena mereka selalu diperlakukan 'tidak adil.'
Honor yang mereka terima tak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan setiap hari. Kondisi demikian menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara layak dan seimbang.
Hal ini terjadi karena posisi tawar guru honorer sangat kecil. Jangankan memiliki pengaruh, diterima menjadi guru honorer saja sudah cukup daripada tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali alias menganggur. Target mereka tentu ada, yakni mereka mendapatkan perhatian dari pimpinan di lembaga tempat mereka bekerja sehingga suatu saat, cepat atau lambat, diharapkan mereka bisa diusulkan diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Karena target itu pula, apa pun yang dilakukan atau bagaimana pun mereka diperlakukan di tempat mereka bekerja, mereka tetap menjalankannya dengan sepenuh hati tanpa pamrih. Mereka tidak banyak menuntut tentang apa yang mereka terima setiap bulan dari lembaga itu. Tapi justru yang ditunjukkan mereka sering dan selalu memberi lebih kepada lembaga tempat mereka bekerja sehingga mereka selalu mendapat perhatian dan tidak sampai memberi kesan yang kurang baik. Apalagi kalau sampai dipecat sebelum tujuan tercapai.
Dalam kondisi demikian, sebetulnya tidak adil kalau para guru honorer selalu diperlakukan seperti ini. Artinya, mereka dianggap sebagai orang-orang yang bisa 'digunakan' begitu saja tenaganya walaupun dengan upah yang rendah sekalipun.
Walaupun mereka sebenarnya dalam posisi tawar yang masih rendah, tapi kerja keras dan jerih payah mereka dalam mencerdaskan anak didik harus tetap dihargai, meskipun tidak harus persis sama dengan tenaga guru PNS. Toh tugas antara guru PNS dengan guru honorer sama.
Apabila anggaran yang disediakan pemerintah memang tidak mencukupi untuk 'menghargai' upaya dan kerja keras guru honorer, diharapkan ada inisiatif dari pihak sekolah maupun komite sekolah tempat guru honorer itu mengajar. Hal penting yang perlu dikemukakan di sini adalah adanya komunikasi yang terbuka antara pihak sekolah (guru), komite sekolah dengan orangtua murid.
Jika pendapatan guru honorer itu harus ditambah dengan meminta kontribusi dari para orangtua murid, maka hal itu harus dibicarakan secara terbuka. Pihak sekolah atau komite sekolah harus mengundang para orangtua murid untuk membicarakan bersama berapa besar kontribusinya. Orangtua murid juga wajib hadir memenuhi undangan itu sehingga secara bersama-sama bisa membicarakannya dan sama-sama mengetahui hasil kesepakatan dalam rapat tersebut. Dengan begitu tidak ada yang protes tidak menerima keputusan tersebut.*