Kemarau Panjang dan Ketahanan Pangan
Keresahan petani ini cukup beralasan karena secara normal di bulan Januari dalam siklus bertani justru
Oleh Gabriel Ola
Anak Petani, Tinggal di Maumere
POS KUPANG.COM - Musim kemarau berkepanjangan di wilayah Nusa Tenggara Timur saat ini membuat resah para petani, jangan-jangan tahun ini mengalami gagal panen. Bahkan sejumlah petani mungkin mengalami gagal tanam.
Keresahan petani ini cukup beralasan karena secara normal di bulan Januari dalam siklus bertani justru tanaman padi dan jagung teristimewa jagung pada posisi siap dikonsumsi, namun saat ini padi dan jagung sementara layu bahkan kering karena panas matahari.
Keberhasilan kehidupan petani memang sangat ditentukan oleh kebaikan alam (keseimbangan musim): terlalu panas tidak menguntungkan, terlalu hujan menjadi malapetaka. Seperti yang dialami saat ini para petani lagi galau menanti hujan untuk menyirami tanaman mereka.
Tanaman jagung milik petani sedang kering dan daunnya menguning seperti dilansir harian Pos Kupang (Selasa, 12 Januari 2016). "Sampai sekarang tidak turun hujan, kami mau tanam kacang juga tidak bisa, kami sudah tanam ubi hanya tumbuh di pohon saja. Mau tanam kacang pasti mati semua. Kami pasrah saja," ujar Tersia, warga Nele Urung, Kabupaten Sikka.
Harian yang sama menurunkan berita tanaman jagung di Moni, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, layu akibat panas matahari (Pos Kupang, 12 Januari 2016). Juga dilansir berita tentang tanaman jagung yang kering di Kabupaten Flores Timur di mana sejumlah petani bahkan mencabut tanaman jagungnya yang telah kering dan menanam ulang, namun jagung yang ditanam ulang pun mengalami nasib yang sama, yakni layu, kering bahkan mati. Tragis, keseimbangan musim lagi tak bersahabat dengan para petani.
Kondisi ini akan sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi (pangan) masyarakat secara keseluruhan. Bukan hanya petani yang akan mengalami keterbatasan pangan di musim panen yang akan datang, tetapi masyarakat secara keseluruhan akan terkena imbasnya, teristimewa masyarakat kota. Karena masyarakat kota mendapat suplai kebutuhan jagung, sayur-mayur, umbi-umbian, pisang dan lain-lain dari para petani desa.
Kontribusi dari para petani terhadap kebutuhan masyarakat kota sangat signifikan bahkan dapat dikatakan ketergantungan masyarakat kota terhadap para petani sangat besar. Karena itu, gagal panen dan gagal tanam akan menjadi masalah krusial yang dapat mempengaruhi seluruh masyarakat. Petani menyiapkan kebutuhan masyarakat kota. Desa adalah lumbung kehidupan masyarakat kota. Tanpa petani yang menjual sayur dan hasil bumi lainnya, generasi kita akan mengalami gizi buruk. Karena itu, petani adalah komponen penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun kondisi saat ini justru petani dalam posisi terpuruk karena berpotensi mengalami gagal panen. Petani yang menjadi andalan masyarakat kota dalam mensuplai kebutuhannya justru ke depan berpotensi mengalami kekurangan pangan.
Melihat kondisi ini, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif agar tidak terjadi kekurangan pangan yang berujung kelaparan, gizi buruk dan berimplikasi pada masalah sosial lainnya.
Ketahanan Pangan
Secara sederhana ketahanan pangan dimaknai atau diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang atau masyarakat mempunyai ketersediaan yang cukup terhadap kebutuhan pangan (makanan). Pada masyarakat tertentu, ketahanan pangan dikaitkan dengan ketersediaan beras (nasi) karena bagi mereka konsep makan adalah makan nasi. Artinya makan ubi, pisang, jagung dan lain-lain belum dikategorikan sebagai makan (makan pagi, makan siang atau makan malam). Padahal ubi, pisang, jagung memiliki kandungan karbohidrat seperti nasi.
Dalam konteks inilah kita perlu mengubah cara pandang masyarakat agar mereka dibiasakan mengonsumsi ubi-ubian dan pisang. Dengan demikian, kekurangann beras atau jagung dapat dialihkan ke makanan lain yakni ubi-ubian dan pisang. Perubahan jenis dan pola makan perlu dibiasakan agar pada saat mengalami musim paceklik akibat keterbatasan pangan dapat diatasi.
Upaya menjaga ketahanan pangan menjadi penting untuk dilaksanakan saat ini dan di masa yang akan datang. Tanggung jawab ketahanan pangan bukan hanya milik sektor pertanian, melainkan sektor-sektor lain juga berkontribusi sangat signifikan. Sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor jasa dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Pada masyarakat tertentu hasil perkebunan sangat membantu menjaga ketahanan pangan (jual cengkeh untuk beli beras).
Karena itu, dalam rangka menjaga ketahanan pangan, petani perlu diarahkan agar menjaga ketahanan pangan, jangan mengandalkan sektor pertanian saja, melainkan tetap diupayakan sektor lainnya agar ketahanan pangan tetap terjaga. Sebagai contoh, orang beternak ayam dan menjual ayam untuk membeli beras, artinya peternakan juga sangat mendukung ketahanan pangan.
Untuk menjaga ketahanan pangan ada metode tanam yang perlu digalakkan kembali di tengah para petani yaitu sistem menanam tumpang sari di mana dalam satu kebun ditanami beberapa jenis tanaman. Selain padi dan jagung, tanam juga ubi kayu, ubi tatas, ubi ratih, ubi jalar, keladi, ubi (ohu: dalam bahasa Sikka) dan kacang-kacangan.