Gus Dur, Tasawuf dan Toleransi
Gus Dur, bagi sebagian pengagumnya, adalah sosok Sufi (pengamal tasawuf) dengan kadar
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal", (Surat Al Hujuraat: 13).
Sampai di sini, ada empat kata kunci bagaimana nalar Islam sangat mendukung terawatnya toleransi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya antar umat beragama, melainkan antar sesama manusia. Pertama, manusia sebagai satu kesatuan ciptaan. Kedua, keragaman umat manusia dengan segala perbedaannya adalah desain Allah SWT. Ketiga, keharusan saling mengenal antar sesama manusia. Dan keempat, berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.
Dalam merawat toleransi, nalar saja tidak cukup. Mencukupkan diri pada nalar, apalagi hanya pada teks, justru berpeluang menimbulkan nalar dan sikap intoleran. Oleh sebab itu, diperlukan konteks dan sikap. Nalar saja hanya menjadikan toleransi pasif bahkan cenderung eksklusif, sedangkan sikap perbuatan dan tindakan akan menjadikan toleransi bersifat aktif. Dan Gus Dur, dengan nilai-nilai tasawufnya, telah mewariskan bagaimana merawat toleransi yang lebih baik.*