Pilkada Damai
Kita tidak punya alasan lagi untuk bilang bahwa Pilkada langsung ini adalah yang terbaik
Oleh Theodorus Widodo
Wakil Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) NTT
POS KUPANG.COM - Pilkada langsung kali ini adalah sebuah pertaruhan. Tidak boleh ada konflik. Kalau sampai terjadi konflik, akibatnya tahu sendiri. Kita tidak punya alasan lagi untuk bilang bahwa Pilkada langsung ini adalah yang terbaik. Konflik yang timbul akan jadi alasan kuat bagi kelompok kontra untuk ngotot kembali ke pilkada tidak langsung. Alasannya, ongkosnya terlalu mahal.
Karena itu bagi kita yang haknya nyaris dikebiri, tidak ada pilihan lain. Harus sukses. Pilkada langsung serentak yang pertama kali diadakan setelah pertengkaran hebat tempohari dengan kelompok kontra harus bisa membuktikan, bahwa suara rakyat memang pantas dihormati. Bahwa suara rakyat tidak perlu pakai titip-titipan. Apalagi titip pada politisi busuk yang urat malunya sudah putus semua karena rajin mempertontonkan kejahatannya. Bagaimanapun alasan bahwa pilkada langsung ini selalu berpotensi konflik harus bisa dipatahkan.
Caranya? Pertama, bung dan saya ingat, pemilu adalah sebuah pesta demokrasi. Penyelenggara pestanya siapa? Pemerintah, KPU dan kontestan. Tamu agungnya rakyat kecil macam kita ini. Pesta besar macam begini ini berlangsung hanya lima tahun sekali. Ingat, hanya lima tahun sekali. Kapan lagi kita jadi tuan besar yang didatangi, disalami, dihormati, dijamu, diberi janji- janji yang kebanyakan gombal dan macam macam "kehormatan" lain. Karena itu santai saja bung. Nikmati pesta besar ini. Jangan malah jadi tegang akibat pesta. Hargai diri sendiri, hargai juga tuan pesta.
Kedua, boleh juga anggap pilkada langsung ini sebuah perlombaan. Perlombaan ini mesti jadi permainan yang enak ditonton. Bukan pertandingan yang berakhir dengan gontok- gontokan seperti yang sering terjadi pada pertandingan olahraga kita. Biarkan calon kita dengan tim suksesnya berjuang di tengah lapangan dengan caranya masing-masing. Salah-salah sedikit, okelah. Kalau salahnya banyak, jangan khawatir. Ada wasit yang siap semprit peluit. Tidak usah ikut-ikutan jadi pemain yang turun gelanggang kalau sang jagoan mulai keteter, apalagi siap tarung bela jagoan atau jadi wasit yang ikut semprit peluit. Yang menang juga besok-besok bisa khianat kok.
Ketiga, jangan pernah berpikir bahwa sang jagoan kalau menang semua urusan pasti beres. Mereka tidak akan mampu mengubah segala-galanya, termasuk nasib atau jalan hidup kita yang dari dulu sudah begini dan sampai kapanpun sangat mungkin akan tetap begini. Pilkada ini tidak boleh jadi pertarungan hidup-mati bagi kita.
Siapapun yang menang tidak akan mampu mengubah nasib kita semua semudah membalik telapak tangan. Emangnya mereka Tuhan? Sebagai rakyat biasa kita tetap saja akan jadi rakyat biasa dengan berbagai persoalan hidup. Sebagai rakyat kecil kita tetap harus mandi keringat cari nafkah buat bini anak di rumah. Keadilan belum tentu berpihak kepada kita bung.
Hidup mungkin akan tetap susah. Kemenangan atau kegagalan sang jagoan tidak akan berarti banyak buat kita.
Keempat, pilkada kali ini lebih sulit dari sisi keamanan karena berlangsung serentak di 269 daerah. Bayangkan! Ada 269 pilkada langsung yang akan diadakan serentak tanggal 9 Desember nanti di 269 daerah. Polisi yang jumlahnya terbatas tidak semudah dulu lagi menjalankan tugas pengamanannya. Konflik horizontal yang terjadi pada banyak daerah sekaligus akan membuat aparat keamanan kewalahan mengatasinya karena keterbatasan personel. Karena itu jangan bikin kacau.
Jangan mau diprovokasi apalagi memprovokasi. Ingat, masih banyak gendruwo yang gentayangan di sekitar kita. Salah-salah, mereka bisa ambil kesempatan bikin susah banyak orang. Mereka siap memprovokasi siapa saja untuk berkelahi. Untuk itu, mari jaga baik-baik suasana agar tetap kondusif dan tidak timbul konflik. Jangan beri kesempatan orang-orang ini bikin kacau. Persaudaraan lebih penting dari segala-galanya bung.
Hindari segala perbuatan tercela. Saling ejek, saling tebar isu, saling hina, saling nantang dan lain lain. Pokoknya jangan memancing emosi lawan. Hindari hate speech yang bisa menyebar kebencian antar suku, agama dan golongan. Ingat juga bung, hati-hati kalau pakai medsos. Sekarang ujaran kebencian lewat medsos juga gampang dipantau. Zaman sudah canggih. Pak polisi tidak main-main lagi kalau ada yang sebar kebencian lewat media apa saja, termasuk medsos.
Kelima, pilih calon yang betul-betul jelas rekam jejaknya. Jangan pilih tokoh yang masa lalunya jelek. Orang macam begini kalau mau jadi kepala daerah pasti andalannya lagi-lagi bagi-bagi duit. Kalau sukanya bagi-bagi duit, waktu menjabat nanti bung pasti tahulah. Kerjaannya pasti melulu cari duit paling tidak untuk kembali modal. Ini yang bikin korupsi merajalela di mana-mana dan banyak kepala daerah masuk bui.
Keenam, ingat bung, Pilkada ini bukan pilih kepala suku atau pilih pemimpin agama. Karena itu jangan pilih pemimpin hanya karena dia seagama atau seetnis. Waduh, bisa tambah runyam masa depan kita kalau pilihannya hanya karena seagama atau sesuku. Bisa tambah susah kita. Pilih orang yang jujur, yang peduli kepada orang kecil macam kita-kita ini. Yang pekerja keras, yang jujur, yang tidak tamak. Pokoknya orang yang baiklah.
Media massa. Tolong bantu pemberitaannya. Jangan suka yang aneh-aneh bikin suasana tambah panas. Bantu jaga suasana persaudaraan ini pak wartawan. Untuk sementara buang jauh- jauh dulu prinsip bad news is good news. Kalau memihak jangan keterlaluan sampai bikin orang tidak suka lagi beli media Anda. Selamat berpesta bung.
Pilkada ini sukses kalau kita berhasil pilih pemimpin yang baik dengan cara yang baik-baik.
Semoga Sang Raja Damai yang sebentar lagi lahir membawa pula damai di hati kita semua.*
