Penembakan Sopir Truk di KM 16, Polisi Belum Temukan Petunjuk
Uji balistik terhadap proyektil peluru yang bersarang di tubuh korban pun sampai saat ini belum dilakukan.
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Alfred Dama
Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Bau
POS KUPANG.COM, ATAMBUA -- Penembakan terhadap sopir ekspedisi di kilometer (KM) 16 jalan nasional jurusan Atambua-Kupang, sudah sejak bulan Maret 2015 namun hingga kini Polisi belum berhasil mengungkap pelaku penembakan itu.
Uji balistik terhadap proyektil peluru yang bersarang di tubuh korban pun sampai saat ini belum dilakukan.
Kapolres Belu, AKBP Dewa Putu Gede Artha kepada Pos Kupang, Selasa (17/11/2015) mengatakan, sejak dirinya menggantikan Kapolres sebelumnya pada bulan September lalu, dirinya berkomitmen menuntaskan pengusutan kasus itu.
Namun, lanjutnya, penyelidikan terhadap kasus ini belum maksimal karena masih harus fokus pada pengamanan Pilkada.
Kapolres menjelaskan, selama ini memang sudah dilakukan penyelidikan namun belum menemukan bukti atau petunjuk yang mengarah kepada calon tersangka.
"Pemeriksaan sudah kita lakukan tapi belum ada petunjuk yang mengarah ke tersangka," katanya didampingi, Kasat Reskrim, AKP Jefri Fanggidae.
Mengenai uji balistik yang disampaikan Kapolres sebelumnya yakni AKBP Raja Sinambela, Jefri mengatakan, permintaan untuk dilakukan uji balistik belum dilakukan karena belum ada pentunjuk. "Kita belum lakukan uji balistik," singkat Jefri.
Kasus ini pernah mendapat sorotan anggota DPRD Belu yang mendapat pengaduan dari masyarakat agar kasus itu diungkap sehingga tak meresahkan masyarakat.
Diberitakan sebelumnya, sopir ekspedisi jurusan Kupang (NTT)-Dili (RDTL) bernama Suki, yang membawa truk DH 9999 AD, diduga tewas tertembak oknum tak dikenal di jalan nasional jurusan Atambua-Kupang, tepatnya di Kilometer 16, Kampung Halikelen, Kecamatan Tasifeto Barat, Belu, Kamis (12/3/2015), sekitar pukul 14.00 Wita.
Hasil otopsi terhadap tubuh Suki (30), korban penembakan di Kilometer 16, Halikelen, Desa Naekasa oleh tim Forensik Polda NTT, menemukan satu proyektil bersarang di tubuh korban di bagian lengan tangan.
Untuk membuktikan jenis proyektil itu, perlu diselidiki lebih jauh di laboratorium forensik (Labfor) di Mabes Polri. Sampai saat ini, proses pengembangan penyelidikan masih terus berjalan, dan pelaku masih misterius.*