Pemuda GMIT Jadi Pembawa Damai

Dikatakannya, semua pemuda GMIT harus peduli dan peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di

Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/EDY BAU
Penjabat Bupati Belu, Welem Foni memukul gong tanda membuka pertemuan tahunan Pemuda GMIT tahun 2015 di Gereja Policarpus Atambua, Jumat (24/7/2015). 

POS KUPANG.COM, ATAMBUA - Para pemuda Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) diminta untuk tidak merusak rumah ibadah. Karena merusak rumah ibadah adalah sebuah kejahatan.

Demikian suara gembala Majelis Sinode GMIT yang disampaikan Pendeta Boy Takoy pada acara pembukaan pertemuan tahunan Pemuda GMIT tahun 2015 di Gereja Policarpus Atambua, Jumat (24/7/2015).

Dikatakannya, semua pemuda GMIT harus peduli dan peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya serta mencermati dampak yang ditimbulkan. "Apapun alasannya, merusak rumah ibadah itu adalah kejahatan. Rumah ibadah adalah aset daerah. Jangan karena alasan tertentu kita jadi perusak tempat ibadah," tegasnya.

Lebih lanjut Pendeta Takoy mengatakan, Pemuda GMIT hendaklah menjadi pembawa damai. Dirinya berharap, pertemuan tahunan itu bisa menghasilkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan pemuda GMIT di daerah dan bangsa ini.
Ketua Badan Pengurus Pemuda GMIT NTT, Winston Neil Rondo dalam sambutannya menyinggung soal kerusuhan Tolikara Papua. Menurutnya, pemuda itu harus kreatif dan menjauhi perilaku buruk serta tidak mudah terprovokasi hal-hal negatif.

Dia meminta agar para pemuda khususnya pemuda GMIT menjadi pembawa damai dan pertemuan tahunan ini bisa bermakna bagi pengembangan diri pemuda dan gereka. "Kita berharap, dari Atambua, kita berdamai untuk membangun NTT dan Indonesia yang damai," pungkasnya.

Penjabat Bupati Belu, Wilem Foni dalam sambutannya ketika membuka pertemuan tahunan Pemuda GMIT mengatakan, dampak dari peristiwa Tolikara harus diwaspadai. Dia meminta agar seluruh elemen masyarakat termasuk pemuda menjaga keamanan dan kedamaian.

Menurutnya, damai itu bukan sesuatu yang mewah dan mahal. Apalagi, lanjutnya, Belu itu berarti sahabat, sehingga sebagai sahabat, harus saling menjaga terutama menjaga perdamaian. "Damai itu tidak mahal. Dia cukup dimulai dengan satu senyuman," katanya sembari meminta seluruh hadirin saling melemparkan senyuman.

Ketua Panitia, Adolf Sabuna dalam laporannya mengatakan, pertemuan tahunan ini akan berlangsung sampai tanggal 27 Juli mendatang. Dalam pertemuan tahuan ini akan ada pelatihan pemuridan tingkat menengah. Peserta sebanyak 150 orang terdiri dari badan pengurus pemuda GMIT 23 orang dan utusan dari 44 klasis di Timor dan Flores. Hadir Kapolres Belu, AKBP Raja Sinambela, Kajari Atambua, Robert Tacoy, M.H. (roy)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved