Mengapa Ubi Nuabosi Beda Rasa Bila Ditanam Di Tempat Lain?

Gurih dan kelesatan ubi Nuabosi sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Hal ini pula yang mendorong sebagian petani mengambil

Editor: Alfred Dama
Net
Seorang anak menjajakan ubi nuabosi 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Romualdus Pius

POS KUPANG.COM -- Gurih, empuk dan kelesatan ubi Nuabosi sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Hal ini pula yang mendorong sebagian petani mengambil bibit ubi nuabosi untuk ditanam di tempat lain.

Namun hasilnya tidak sama dengan ubi nuabosi yang ditanam di kampung Nuabosi, Kabupaten Ende.

Ir. IG.B. Adwita Arsa, MP Dosen Faperta Undana, yang melakukan penelitian terhadap keberadaan ubi nuabosi mengatakan cita rasa ubi nuabosi dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Untuk Ubi Nuabosi selain faktor unsur hara dan tekstur tanah, juga pengaruh suhu mempengaruhi kualitas cita rasa ubi.

"Kalau ditanam di Kupang dan Maumere yang suhunya lebih panas dari di Nuabosi, rasa gurihnya menjadi kurang. Tekstur tanah yang sesuai untuk ubi nuabosi adalah tekstur lempung berpasir, seperti di Nuabosi. Kalau di Kupang tekstur tanah lempung berliat, sehingga perkembangan ubi kurang baik. Kadar Zn dan P kemungkinan juga menjadi penentu kualitas cita rasa ubi. Jadi Faktor penentunya berinterasi antar faktor tersebut,"katanya.

Menjawab soal pelaksanaan penelitian, Ir. IG.B. Adwita Arsa, MP yang dihubungi dari Ende, Rabu (1/4/2015) mengatakan penelitian tahap awal dimulai dengan mencari varietas lokal yang dominan diusahakan petani di daerah Nuabosi. Dikatakan ternyata ada tiga varietas lokal, yaitu: Terigu, Tana Ai dan Toko Reko.

Ketiga varietas ini diuji daya adaptasi dan kualitas ubinya pada tahap penelitian berikutnya, dan yang dipilih dari 3 varietas tersebut adalah Varietas Terigu, karena cita rasa lebih gurih dan hasil lebih tinggi, lebih tahan penyakit bercak daun, walaupun umur panen lebih lama daripada Tana Ai.

Untuk bisa dilepas sebagai varietas, maka varietas terigu perlu dikembangkan lebih lanjut. Itu dilakukan rencananya tahun ini.

Tim dari Undana Kupang yang melakukan penelitian terdiri dari
Peneliti lain yang ikut melakukan penelitian, Ir. A.S.S Ndiwa, MP dan Ir Yosep Seran Mau, MSc.PhD. Ir. IG.B. Adwita Arsa mengatakan kegiatan pelepasan varietas lokal sebagai varietas unggul oleh P2VT Badan Benih Nasional dikenal sebagai program Pemutihan Varietas, maksudnya supaya varietas lokal yang sudah ditanam petani dapat disertifikasi (diberi label-red) oleh BPSB NTT setelah mendapat SK pelepasan dari Menteri Pertanian, sehingga kualitas stek dapat terus dipertahankan oleh masyarakat.*

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved