Kekeringan di NTT

Persawahan Kolisia Kering Total

Desa Kolisia berada di pintu gerbang wilayah Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka.

Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/THOMAS DURAN
Dua orang petani di Desa Toineke, Kecamatan Kualin-TTS, Selasa (4/3/2014), melihat tanaman jagung yang kering akibat kurangnya curah hujan. 

POS KUPANG.COM, MAUMERE -Akibat kemarau panjang lahan persawahan di  Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka mati total. Sumber air yang selama ini mengairi areal sawah di wilayah itu sudah kering total.   

Desa Kolisia berada di pintu gerbang wilayah Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Wilayah Desa Kolisia memiliki empat  dusun, yakni Dusun Waturia,Watuwoga, Nangarasong dan Dusun Koli. Desa ini dihuni oleh  2. 692 jiwa yang tergabung dalam  776 kepala keluarga (KK).  Mayoritas warga  Kolisia adalah petani. Hal ini terbukti karena hampir 90 persen lahan Kolisia adalah lahan pertanian yang didominasi oleh lahan sawah tadah hujan seluas 125 hektar.

Pada musim kemarau saat ini sumur yang merupakan sumber air utama bagi warga Desa Kolisia, telah mengering. Tanah sawah pun sudah lama tidak ada air. Hal semacam itu sudah dialami oleh masyarakat Desa Kolisia selama bertahun-tahun.  

"Kami menggarap sawah tadah hujan. Aktivitas sawah tergantung hujan. Di saat kemarau panjang seperti ini lahan tidak dapat lagi digarap. Tidak hanya itu, dampak kekeringan juga mewabah ke peternak yang kini kehilangan padang rumput yang biasanya mudah dicari untuk ternak mereka ,'' ujar Sekretaris Desa Kolisia, Falentinus Rewo, yang ditemui  Rabu (8/10/2014).

Kolisia merupakan daerah dengan topografi  perbukitan yang relatif tandus dan kering dengan beberapa lahan  persawahan dan ladang yang selama ini hanya mengharapkan air  hujan.

"Kita mengalami musim galau  tiap tahun. Petani di sini belum bisa dikondisikan karena kami aparat desa biggung harus ambil tindakan seperti apa. Melalui musrenbang kami sudah usul agar pansimas air bersih bisa berjalan di wilayah kami ini. Namun hingga sekarang masih saja diproses. Kami selalu berharap akan ada jalan keluar untuk menyelamatkan warga Kolisia dari derita kekeringan," kata Falentinus. (jj)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved