Dyathra Silvana Baten: Tersenyum dengan Mata
Gagal membawa pulang mahkota Puteri Indonesia 2014 tidak membuat Dyathra Silvana Baten berkecil hati.
Penulis: Alfred Dama | Editor: omdsmy_novemy_leo
Setiap orang inginkan masuk 10 besar, terus lima besar hingga menjadi Puteri Indonesia. Tapi saya berpikir mungkin Tuhan punya rencana lain. Saya tetap optimis karena masih ada gelar atribut yang lain.
Jadi, tidak hanya Puteri Indonesia karena ada juga atribut yang lain seperti Puteri Kepulauan, Puteri Berbakat, kemudian ada Puteri Inteligensia, tapi itu untuk sarjana. Jadi saya cuma berharap bisa dapat Puteri Kepulauan. Saya memang ingin pulang NTT membawa selempang baru.
Bagaimana rasanya nama Anda disebut sebagai Puteri Kepuluan Bali Nusra?
Memang ada sedikit kekeliruan, mungkin kami yang di panggung kurang dengar. Jadi, waktu itu saya sempat mendengar NTB atau NTT, jadi kurang jelas, tapi saya terlanjur maju. Jadi, masih sempat lihat NTB, jadi saya berpikir apakah itu benar dan setelah dikonfirmasi lagi bahwa benar yang mendapat gelar Puteri Kepulauan itu NTT.
Akhirnya saya bersyukur, meski tidak masuk 10 besar tapi dapat selempang Puteri Kepulauan. Mendapat gelar atribut itu berarti nama saya sudah masuk dalam catatan Puteri Indonesia yang meraih atribut, jadi bangga juga. Meski tidak masuk 10 besar tapi dapat atribut baru sebagai Puteri Kepulauan Bali Nusra. Bangga karena ada selempang baru.
Sulit juga meraih gelar itu?
Menurut saya gelar kepulauan itu susah. Jadi, untuk mendapat gelar ini harus mendapat banyak voting dari masyarakat NTT. Saya berpikir ternyata masyarakat NTT sangat mendukung saya dengan terus memvote saya dan akhirnya bisa terpilih juga. Ternyata dukungan dari NTT sangat banyak.
Waktu ke Jakarta, berapa pasang pakaian atau gaun yang dibawa?
Dari sini tidak bawa apa-apa, tapi dari ibu gubernur sudah siapkan perancang di sana. Jadi, kami tidak bawa apa-apa tapi sudah ada dua perancang yaitu Musa Widyaatmoko dan Terru Sunarto.
Dua perancang ini sudah diminta untuk siapkan baju untuk saya dan saya mendapat delapan baju dari Widyatmoko, karena dia memang perancang khusus untuk tenunan ikat, satu gaun dari Terry Sunarto.
Terry ini perancang terkenal di sana dan perancang busana untuk lima besar Puteri Indonesia. Jadi, saya merasa bersyukur karena ibu gubernur benar-benar mendukung sampai menyiapkan sembilan baju untuk saya. Sebelumnya saya sempat ketemu ibu juga (Ny. Frans Lebu Raya).
Ibu bilang, Puteri NTT itu mewakili NTT, jadi dia anak saya, saya tidak mau anak saya tampil setengah-setengah. Saya mau dia ke sana untuk tampil dan menampilkan NTT yang terbaik. Akhirnya ibu gubernur telepon perancang untuk siapkan baju yang terbaik untuk saya.
Berapa pasang yang dipakai?
Memang baju yang diberikan itu saya gunakan sehari-hari dan itu ada nilai plusnya. Teman-teman saya peserta pemilihan Puteri Indonesia 2014 mengagumi baju yang saya pakai. Mereka bilang "Diva, baju tenunan dari NTT bagus-bagus ya".
Saya bangga di situ karena dari daerah lain juga tertarik dengan baju yang saya pakai. Berarti dengan hal-hal kecil seperti cara berpakaian saya memakai tenun ikat bisa menunjukkan bahwa NTT punya keunikan melalui tenun ikat.