Dyathra Silvana Baten: Tersenyum dengan Mata

Gagal membawa pulang mahkota Puteri Indonesia 2014 tidak membuat Dyathra Silvana Baten berkecil hati.

Penulis: Alfred Dama | Editor: omdsmy_novemy_leo
Dyathra Silvana Baten: Tersenyum dengan Mata - Diva.jpg
istimewa
Dyathra Silvana Baten
Dyathra Silvana Baten: Tersenyum dengan Mata - Dyathra_Silvana_Baten_01.jpg
istimewa
Dyathra Silvana Baten
Dyathra Silvana Baten: Tersenyum dengan Mata - Dyathra_Silvana_Baten_2.jpg
ist
Dyathra Silvana Baten

Meskipun kita bersaing untuk mendapat mahkota Puteri Indonesia tapi kita juga tetap bersahabat dan saling mendukung. Menurut  saya persahabatan itu benar-benar terjalin dengan baik walaupun dalam suasana kompetisi.

Bagaimana rasanya dalam 10 hari itu?

Capek juga, jam 05.00 kita sudah harus siap. Ketika keluar kamar sudah harus cantik, berpakaian rapi sesuai dengan tema. Jadi, pada malam sebelumnya sudah dikasih tahu bahwa besok kita akan berkunjung ke sini, terus ada materi ini.

Busana yang harus kita kenakan adalah bleser dan rock atau batik dari daerah masing- masing. Jadi, kita siapkan, dan pas jam 05.00 sudah siap keluar, sudah cantik. Kemudian breakfast, ada materi, acara ini terus bersambung.

Jadi, jadwalnya padat. Bahkan pada hari terakhir, kita masih berkunjung ke salah satu media yaitu ke Metro TV atau Media Grup. Di sana kita melihat kegiatan di media cetak dan media televisi.

Bagaimana Anda menjaga kebugaran?

Kita diberi asupan vitamin dan buah-buahan. Jadi, capek tidak kelihatan dan karena kita juga diajarkan untuk tetap tersenyum.  Walaupun capek, kalau ditanya jangan mengeluh. Kalau ditanya "putri-putri capek nggak"  jawabannya tidak dan tetap tersenyum.

Dalam keadaan apapun tetap tersenyum. Kami selalu diajarkan untuk tetap tersenyum. Senyum itu tidak sekadar senyum di bibir. Mereka mengajarkan senyum dari mata. Jadi, bagaimana tatapan itu memancarkan senyum.

Pada malam grand final, waktu dipanggil disaksikan banyak orang dan siaran langsung televis. Perasaan Anda waktu itu?

Bangga dan bersyukur. Awalnya pas mau pertama kali keluar 38 finalis itu, saya melihat penonton banyak sekali. Gedung itu benar-benar meriah, sementara saya sendiri tidak tahu  bahwa dari NTT ada ibu Adinda Lebu Raya (istri Gubernur NTT), ada pak Paul Liyanto (anggota DPD RI), ada bapak Jimmy Sianto (anggota DPRD NTT), kemudian Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan.

Sebelumnya saya tahu cuma ada mama dan make up artis saya. Saya berdoa  kepada Tuhan berharap semua masyarakat NTT menonton TV dan mendukung saya dengan doa dan voting, dan di sini wakilnya juga dua.

Jadi, kita  tampil itu total dua jam, tapi dibagi dalam durasi beberapa menit. Jadi, saya berpikir sekali seumur hidup, saya harus menampilkan NTT yang terbaik.

Saat di panggung masih gugup juga?

Perasaan gugup itu hilang. Yang ada adalah kepercayaan diri yang luar biasa bahwa saya adalah NTT. Saya datang sebagai diva menampilkan NTT yang terbaik. Jadi, dengan rasa percaya diri, saya jalan, tersenyum. Sampai pengumuman itu, rasa gugup benar-benar hilang. Yang timbul rasa percaya diri untuk memberikan yang terbaik.

Bagaimana rasanya tidak masuk sepuluh besar?

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved