Penembakan Warga NTT di Sleman

Presiden Didesak Bentuk Tim Independen Usut Penyerangan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali didesak membentuk tim investigasi independen dalam menuntaskan kasus penyerangan

Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Presiden Didesak Bentuk Tim Independen Usut Penyerangan
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Forum Pemuda NTT menggelar aksi Seribu Lilin Solidaritas Kemanusiaan Korban Pembantaian di Lapas Cebongan Jogja di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (24/3/2013). Mereka mendesak pemerintah mengungkap dan menangkap pelaku penembakan empat orang tersangka pembunuh anggota Kopassus di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang mengakibatkan keempatnya tewas.
POS KUPANG.COM, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali didesak membentuk tim investigasi independen dalam menuntaskan kasus penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta. Penyelidikan yang dilakukan Kepolisian diragukan mampu mengungkap perkara itu hingga tuntas.

"Kami minta Presiden bentuk tim investigasi gabungan seperti kasus pembunuhan Munir untuk mengungkap secara tuntas, jelas, dan jujur bahwa ini yang terjadi di negara hukum," kata Thamrin Amal Tamagola, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/3/2013). Dia adalah salah satu dari tokoh yang tergabung dalam Koalisi Tokoh dan Masyarakat Sipil.

Selain Thamrin, tokoh masyarakat yang tergabung dalam koalisi ini antara lain adalah Hendardi, Ikhrar Nusa Bakti, Bambang Widodo Umar, Haris Azhar, dan Al-Araf. Dalam pernyataan sikap, mereka mendesak Presiden memberi perhatian serius kasus pembunuhan di dalam Lapas itu. Presiden diminta tampil paling depan lantaran wibawa hukum dan negara dipertaruhkan jika tak mampu mengungkap secara tuntas.

Thamrin mengatakan, rakyat kini terancam dengan peristiwa tersebut. Meski rakyat sudah terancam, koalisi melihat tidak ada komunikasi jujur dari pejabat negara, baik sipil maupun militer terkait penyerangan itu. "Mereka defensif, belum apa-apa sudah bantah (keterlibatan TNI). Tidak ada niat terus terang," kata Thamrin.

Hendardi menambahkan, peristiwa di Sleman selama ini hanya terjadi di film-film. Namun, nyatanya bisa terjadi di kehidupan. Di lihat dari penyerangan yang sistematis, cepat, dan taktis serta penggunaan senjata yang memadai, hal itu tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Ia menduga kuat ada keterlibatan oknum TNI. "Efek brutalisme itu bukan saja mengakibatkan demorasilasi Kepolisian dan lapas, tapi juga menciptakan ketakutan luar biasa kepada publik," kata Hendardi.*

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved