Komunitas BEM STIKES Nusantara, Bangun Kebersamaan

Hampir semua kampus di Nusa Tenggara Timur memiliki organisasi kemahasiswaan atau lebih dikenal dengan Badan Eksekutif Mahasiswa

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Komunitas BEM  STIKES Nusantara, Bangun Kebersamaan
POS KUPANG/ALFRED DAMA
Mahasiswa Stikes Nusantara Kupang dalam aktivitas sehari-hari.

Laboratorium Kepemimpinan

Hidup berorganisasi bagi kalangan muda atau mahasiswa merupakan kesempatan yang tidak perlu disia-siakan. Sebab, dalam organisasi bisa ditemukan banyak hal yang tidak ada di kelas perkuliahan.  

Humas dan dosen  tetap Stikes Nusantara Kupang, Benediktus Niron, SS, M.Si mengatakan, pimpinan Stikes Nusantara Kupang sangat mendukung kehidupan organisasi di kampus tersebut. Sebab, organisasi dalam hal ini BEM merupakan wadah tempat belajar para mahasiswa untuk menjadi pemimpin di masyarakat nanti.

Benediktus Niron menjelaskan, sebagai calon tenaga kesehatan seperti perawat dan bidan, maka dalam diri mahasiswa ini harus ada sikap-sikap yang mau bekerja untuk melayani dan humanis sebab sifat pekerjaan tenaga kesehatan nantinya adalah mengurus manusia.

"Ada dalam dirinya, siap bekerja dan melayani dengan baik dengan motif-motif humanis, menolong dengan kemanusiaan. Diharapkan dengan kegiatan ini, bisa terbentuk secara baik dan pengakuan diri bahwa saya menjadi seorang mahasiswa ini merupakan cerminan warnanya jelas," ujarnya.

Menurutnya, organisasi itu menjadi laboratorium kepemimpinan dalam berorganisasi, pemahaman itu ada karena mereka sudah terbentuk dengan berorganisasi. "Di kampus secara akademis mereka tidak pernah dapat ilmu itu, tapi di organisasi ini mereka dapat itu. Bagaimana memimpin rapat, bagaimana memahami  dan mempelajari kondisi psikis orang itu, dan mengenal berbagai macam persoalan," jelasnya.

Jadi bukan hanya bisa pegang jarum infus, tapi juga mampu memasyarakatkan diri dengan orang lain. Kemampuan membangun komunikasi sosial secara baik. "Kebetulan kita juga punya mata kuliah Trans Kultural Keperawatan, itu ilmu membawahi mereka untuk berkomunikasi secara baik dengan orang, khususnya kepada pasien, dengan memberikan sentuhan secara baik dengan aroma-aroma terapi, komunikasi," ujarnya.

Para mahasiswa tersebut juga ikut dalam organisasi BEM dengan senang tanpa ada paksaan. "Saya melihat semua terpanggil untuk mau bersama. Jadi tidak ada paksaan. Mungkin karena kita orang NTT terpasung dengan budaya yaitu budaya gotong rotong, budaya kerja sama dan itu menjadi suatu dorongan yang spontan. Jadi keterpanggilan secara spontan tampak," jelas Benediktus Niron.*

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved