Bupati Flotim: Saya dan Pak Wakil Minta Maaf
Warga dua desa yang berkonflik, Lewonara dan Lewobunga, akhirnya menerima Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur (Flotim)
Di Kapal Cahaya Welang berbobot sekitar lima ton, bupati duduk bersama dua, tiga orang pimpinan SKPD, sedangkan wakil bupati asyik mengemudikan kapal sejak berangkat hingga pulang. Sementara pak sekda memilih duduk di depan kemudi bersama beberapa pimpinan SKPD. Masing-masing larut dalam pikirannya.
Setelah kurang lebih satu jam 30 menit atau sekitar pukul 09.30 Wita, 'kapten tembak' Kapal Cahaya Welang, Valentinus Sama Tukan, yang adalah Wakil Bupati Flotim meminggirkan kapal di Pelabuhan Terong.
Di Terong sudah menunggu pimpinan SKPD yang sudah ada sebelumnya di Adonara melakukan proses negosiasi, beberapa anak muda dari Terong dan sejumlah anggota BKO (Bawah Komando Operasi) Brimob. Penerimaan Pak Yosni tidak setegang penerimaan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, pada 8 Oktober 2012 lalu.
Bupati dan Wakil Bupati Flotim bersama rombongan dikawal langsung naik mobil yang sudah disiapkan berplat EB I dan EB 5. Mobil melaju kencang di jalan berlubang dari Pelabuhan Terong menuju Akoli berjarak sekitar tiga kilometer. Di Akoli rombongan masuk rumah adat dan diterima para tetua adat. Hanya diperbolehkan masuk, bupati dan wakil bupati, sekda dan para muspida, sementara rombongan lainnya di luar rumah adat.
Bupati dan wakil bupati kemudian diarahkan menuju koker atau kamar yang digunakan untuk ritual adat. Di kamar kecil itu, bupati, wakil bupati, dan tokoh adat secara sadar dan sungguh-sungguh melakukan prosesi baololon sebagai tanda keduanya diterima dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Segala keputusan, perkataan dan perbuatan yang keliru dan berakibat konflik diterima dan dimaafkan bersamaan dengan prosesi baololon. Usai prosesi baololon, tak ada kata yang keluar di rumah adat itu. Bupati dan rombongan langsung diarak ke rumah adat Raja Terong, tidak jauh dari rumah adat Akoli.
Di rumah adat Raja Terong sudah menunggu para tetua adat. Kepala Desa Terong, Hajon Ali Muhmamad, selaku pemandu acara memberikan sapaan menyejukkan. "Geleta pelumut mete gere ro kae, tite hode taro sare (bupati dan rombongan sudah membawa kedamaian masuk ke kampung halaman, kita terima dengan baik, Red)," ungkap Hajon, sembari memberikan kesempatan kepada bupati untuk menyampaikan isi hati dan maksud kedatangannya.
Ibarat menunggu hujan di tengah panas matahari, Bupati Yosni yang didampingi Bapa Laba langsung menyambar permintaan Hajon dengan memohon izin berbicara. Hari dan waktu yang dinantikan Yosni untuk bertemu dan berbicara di hadapan warga dua desa yang bertikai, begitu juga hari dan waktu yang dinantikan masyarakat Flotim atas kunjungan Yosni.
Saat membuka pembicaraan, Yosni langsung menyampaikan permohonan maaf. "Kaan onak lere-lere goe dan pak wakil dalam jabatan kami sebagai bupati dan wakil bupati lenta ampo dan minta maaf. (Dengan hati yang tulus dan ikhlas saya dan pak wakil bupati minta maaf. Mungkin kame (kami) sebagai bupati dan wakil bupati salah mengambil keputusan dan mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan, kami minta maaf," ujar Yosni ketika di rumah adat Terong, juga Lewonara.
Permohonan maaf yang disampaikan itu sempat membuat suasana haru, bahkan di bola mata bupati tampak 'mendung' linang air mata yang nyaris turun, namun tertahan oleh tiupan angin dan berlalu.
Permohonan maaf yang sama juga disampaikan bupati ketika menyinggahi rumah adat Koli Lewopulo di Lewonara dan Kiwang Lewopuloklema di Lewobunga.
Atas permintaan maaf bupati itu, kedua tokoh adat di dua desa yang berkonflik itu juga menerima dan menyampaikan permohonan maaf yang sama. Bupati dan wakil bupati hanya mendengar apa yang disampaikan dari masing-masing pihak dan akan menyelesaikannya konlik tersebut melalui tim yang dibentuk baik oleh pemerinetah propinsi maupun pemerintah kabupaten. (iva)