Obama Menangis di Tepi Supul...

SUPUL, sebuah danau di tepi kota Niki-Niki pedalam-an Timor. Danau kecil de-ngan rawa-rawa dan rumput liar ini terletak di Desa Su-pul, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Mari bicara mangan adalah ajakan untuk sebuah penya-daran dari semua pihak untuk kebaikan bersama. Kesadaran terhadap persoalan mangan harus terbangun di anatara kita. Para investor dan pemilik lahan mesti sadar bahwa usaha tambang yang merusak lingkungan adalah perbuatan tidak terpuji yang nantinya mengorbankan masa depan hidup. Usaha tambang yang tidak berpihak pada rakyat kecil, bahkan mengorbankan kebahagiaan mereka adalah usaha-usaha yang tidak manusiawi.

Tentu sudah banyak pihak yang berkehendak dan beru-saha demi kebaikan. Sebut saja Lembaga Swadaya Masyarakat Lap Timoris yang mengundang beberapa pemuka agama Katolik dan Protestan untuk berbicara mengenai persoalan-per-soalan di Timor Barat, ter-masuk  soal mangan di Hotel Romytha Oebufu pada pertengahan November 2010 lalu.

Diskusi ini ber-akhir dengan kesadaran ba-ru akan pentingnya kedau-latan masyarakat demi me-nangkal persoalan-persoal-an sosial di sekitarnya. George Junus Aditjondro, penulis buku Gurita Cikeas, pada kesempatan kuliah umum di Fakultas Filsafat Agama Unwira, Sabtu 16 April 2010, sempat melontarkan guyon demikian: “Kalau di Jawa, makan nggak makan  asal ngumpul, maka di Timor, kumpul tidak kumpul asal ada mangan.”

Sepintas ini adalah guyon atau plesetan, tetapi tepat di ulu hati kita terbentur tanya; apakah kita hanya bisa hidup dari bongkahan-bongkahan batu mangan itu? Mari berpikir dan mari bicara. Mungkin kebijaksanaan orang Dawan Timor Nekmese Ansaofmese (sehati sejiwa)  perlu kita cermati dalam menangani bongkahan-bongkahan persoalan mangan di tanah kita. *
             

* Penulis adalah calon imam, putra TTS.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved