Suku Nataia di Nagekeo Tetap Lestarikan Adat dan Budaya, Ini Yang Mereka Lakukan
Suku Nataia di Nagekeo Tetap Lestarikan Adat dan Budaya, Ini Yang Mereka Lakukan
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
Suku Nataia di Nagekeo Tetap Lestarikan Adat dan Budaya, Ini Yang Mereka Lakukan
POS-KUPANG.COM | MBAY -- Ketua Panitia Dhongi Koti Festival Atraksi 101 Gasing pada Even Tinju Adat (Etu) Nataia, Antonius Moti mengungkapkan bahwa suku Nataia di Kabupaten Nagekeo akan selalu melestarikan dan merawat adat dan budaya.
Antonius mengatakan pembangunan Pariwisata yang saat ini gencar dilaksanakan oleh pemerintah pusat hingga daerah merupakan upaya positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat termasuk masyarakat adat.
"Masyarakat adat Nataia, siap memberi dukungan pada pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata terutama pembangunan pariwisata NTT pada umumnya dan Nagekeo khususnya," ungkap Antonius, Senin (15/7/2019).
Antonius mengatakan kekayaan budaya yang ada di komunitas Nataia, baik upacara adat, ritual, maupun warisan-warisan atau simbol-simbol adat merupakan kekayaan daerah dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Antonius mengatakan kegiatan Dhongi Koti Festival atraksi 101 Gasing pada even tinju adat (Etu) Nataia 2019 merupakan ide dan inisiatif masyarakat adat Nataia dalam rangka pelestarian budaya permainan masyarakat adat Nataia, sekaligus menarik minat wisatawan.
"Kegiatan ini melibatkan banyak kelompok masyarakat pencinta budaya yang berasal dari berbagai tempat/suku, karena dalam ritual etu Nataia ini, terdapat atraksi tinju tandak dan permainan gasing," ungkapnya.
Sementara Ketua Suku Nataia, Patrisius Seo, mengatakan jadwal Etu yaitu, 10 Juli 2019 Koma Mua Go Laba.
Ia menjelaskan ritual ini di tandai dengan meminyaki Gong-Gendang dengan santan kelapa parut, dan diikuti dengan Wari Go Laba (menjemur Gong Gendang).
Ritual ini diakhir dengan pemukulan gong oleh Ketua Suku menandai gong gendang sudah bisa digunakan.
"Malam hari dilanjutkan dengan acara Soi Melo. Ritual ini adalah sebagai bentuk penyampaian kepada semua anggota suku untuk siap bahwa waktu etu telah tiba (enga ripn). Ritual ini ditandai dengan acara tandak dari pukul 19:00 Wita sampai pukul 00:00 Wita," paparnya.
Ia menyebutkan 11 Juli 2019 Etu Pate. Ritual ini sebagai pratanda bahwa Arena Etu sudah bisa digunakan untuk bertarung.
"Kegiatan ini ditandai dengan etu untuk anak kecil dari pukul 08:00 sampai dengan pukul 17:00 Wita," jelasnya.
Ia mengungkapkan 12 Juli 2019 Ja Kepo dan Boka Loka. Istilah ini bisa diartikan dengan pendinginan sarung tinju. Menandahkan bahwa etu meze (pertarungan untuk orang dewasa) akan dimulai.
Ia mengatakan petarung Etu Mese pertama terjadi disore haro dan terbuka untuk umum: artinya tidak hanya petinju dari suku Nataia saja tetapi anggota suku lain juga boleh ikut bertarung dan lanjutkan dimalam hari dengan acara Boka Loka.